Selamat datang di Kumpulan Cerpen Remaja dan Anak! Silahkan mengunjungi satu per satu cerpen dari para penulis kami!
Bisa mulai ditelusuri dari Authors yang berisi profil kami, kemudian Become Author untuk mengirim karya atau pun menjadi penulis tetap. Melanjutkan atau malah langsung menuju Daftar Cerpen yang berisi cerpen terposting di blog lama maupun baru pun oke. Ada yang kurang? Tanyakan di Information. Berkelana sesuka hati saja, deh! Welcome!
Welcome to KCRdA weblog | take parcitipate with us | read stories | comment | send stories

Minggu, 08 Mei 2016

Antara sahabat dan cinta

Antara sahabat dan cinta
                                                                BY: Inas Suha Azzahra

                     Aku adalah seorang pelajar di negri kerajaan orang dengan lima sahabat ku. Kami mengejar impian dan cita cita kami disini.  Kami ingin lulus dengan nilai terbaik. Kami berenam sudah sangat lama menjalani persahabatan ini. Kami menjalani persahabatan ini sejak kami duduk di sekolah dasar. Kami slalu bersama saat kapan pun. Kami semua slalu siap untuk melewati rintangan yang menerpa persahabatan kami.

Persahabatan kami begiiitu indah. Kami slalu bersama saat kapan pun dan dimana pun. Kami sangat akrab dan seperti keluarga. Saling sayang menyayangi, saling perhatian, dan pokok nya the best banget deh persahabatan kami. Aku yakin, persabahatan ku tidak akan terpecahkan oleh apa pun. Karna kami, saling mengerti satu sama lain.

“ gei… gue bareng loh ya pagi ini. Ban mobil gue kempes.”kata  deila pada ku saat kami semua sedang sarapan pagi dengan roti dan segelas susu hangat.
“ oke.” Ucapku.
“ cepat ini sudah jam berapa! Nanti telat loh kita.” Kata dico mengambil kunci mobil di tempat gantungan kunci mobil.
“ dei… cepat!” ucap ku mendesak deila untuk cepat meminum susunya.
“ iya.” Katanya sambil minum susu. di gelasnya.

Kami berangkat bersama ke kampus. Setiap hari kami melakukan nya sama seperti ini. Dico satu mobil dengan reco. Delon satu mobil dengan vico. Dan aku, satu mobil dengan deila. Kami berenam tinggal di villa ku. Villa yang slama ini tidak pernah ada penghuni nya. Dan sekarang, penghuninya banyak.

Setelah selesai kampus. Kami langsung pergi ke tempat nongkrong kami. Yaitu caffe. Caffe favorite kami semua. Disana kami gila gilaan. Terwata bareng, bercanda bareng. Dan kami melepaskan semua beban pikiran kami. Dimana aku bisa tertawa dengan lepasnya jika mereka semua sedang gila gilaan.

Aku hidup dari keluarga yang di bisa di katakan lebih dari berkecukupan. Belakangan ini, keluarga ku tidak seperti dulu. Tidak pernah akur lagi seperti dulu. Semuanya hancur dan berantakan semenjak mama pergi meninggalkan kami semua. Kedua kakak ku yang saling merebutkan harta. Sedangkan papa, sekarang sedang berada di rumah sakit. Dan belakangan ini papa juga sering sakit sakitan. Makanya, kak ricard dan kak wildan merebutkan harta papa. Aku benci mereka.

“ hallo pa. papa apa kabarnya?”tanya ku saat menelefon papa.
“ papa sudah agak lebih baik. Papa juga sudah pulang.” Jawab papa.
“ maafin gei ya pa. gei belum bisa kesana. Tapi, gei akan berusaha untuk balik melihat papa.”
“ iya. Kamu harus belajar sungguh sungguh ya.”
“ oke pa.” kataku pada papa dari telfon dengan tersenyum.
“ papa jangan lupa minum obatnya ya. Jangan lupa istirahat. Jangan kerja melulu. Nanti kecapean loh papa. Oke.”
“ oke sayang.”
“ pa, udah dulu ya. Nanti gei sambung lagi. Bye papa.” Ucapku menutup telfon dari papa.

Akhir pekan, adalah hari yang kami tunggu. Hari begitu dingin. Walaupun salju tidak turun lagi. Di luarsana begitu sangat dingin. Pakaian yang ku pakai begitu tebal saat aku keluar dari villa. Harus memakai sarung tangan dan syall.

Akhir pekan ini, aku dan dei pergi shooping. Sedangkan laki laki nya mereka entah kemana. Mereka tidak hobi berbelanja. Aku dan gei sesuka hati berbelanja apapun disini. Harga nya juga tidak terlalu mahal. Dan barangnya juga bagus bagus.

Malam hampir tiba. Kami berdua pergi london eye untuk bertemu dengan mereka berempat. Menungu antrian yang sangat panjang jika ingin naik kincir raksasa. Kami pergi ke sungai thems untuk memanjakan mata sejenak. Sedangkan delon membeli karcis diantrian.

Akhirnya, kami dapat menaiki kincir raksasa. Dengan perjuangan delon menunggu antrian yang sangat panjang. Disana, aku bersama vico. Saat diatas. Kami berdua melihat indahnya kota london dengan gemerlap nya lampu lampu. vico memegang tangan ku dan tersenyum pada ku. Dan dia memeluk ku.

Aku dan dico berpacaran. Sudah lama kami berpacaran. Dipersahabatan kami. Tidak ada yang boleh berpacaran dengan sahabatnya sendiri. Dan kami melanggarnya. Kami diam diam berpacaran. Tidak ada yang tau kalau kami berpacaran sampai saat ini.

Deila ketagihan menaiki kincir raksasa bersama dico. Mereka berdua melanjutkannya lagi. Sedangkan delon dan reco entah kemana. Dan ini kesempatan kami untuk berjalan berdua sambil berpegangan tangan. Sudah lama kami tidak berjalan berdua. Dan ini kesempatan untuk kami.

Kami berdua pergi ke tower bridge. Indah dan bahagia sekali rasanya. Bisa melihat gemerlapnya lampu lampu yang indah di malam hari dan bintang bintang diatas sana berkerlap kerlip dengan indah.

“ vico. Sudah hampir dua tahun lebih kita menjalani pacaran diam diam. Apa mereka benar benar tidak tau?”tanya ku pada vico.
“ itu gak penting. Mau mereka tau atau tidak. Kita akan tetap bersama.” Kata vico memegang tangan ku dan merangkul ku.
“ oh ya. Bagaimana keadaan papa kamu?”tanya vico.
“ papa sudah agak baikan katanya. Aku kangen banget sama papa.” Ucapku.
“ aku juga kangen sama papa mertua.”kata vico.
“ ihhh… kamu ya.”
“ kan benar. Papa kamu papa mertua aku.”
“ ihhh… vico.” Kataku mengejar vico yang lari dari ku.

malam sudah sangat dingin. Kami pulang. Di villa terparkir sudah mobil delon dan dico. Mereka berempat sudah pulang. Lampu kamar mereka juga sudah mati. Berarti mereka sudah pulang  dari tadi.

“ good night. Semoga mimpi indah.” Kata vico saat kami berpisah dan masuk ke kamar masing masing.
“ good night too. Pangeran.” Kata ku melambaikan tangan perpisahan yang tidak di inginkan.

Begitu nyenyaknya aku tidur. Sampai sampai jam weker ku berbunyi aku juga tidak bangun. Seharian semalam membuatku sangat begitu lelah. Deila masuk ke kamar ku dan membangunkan ku yang masih sangat ngantuk.

“ gei! Bangun!” kata deila menarik selimut ku.
“ ih, apaan sih dei. Gue masih ngantuk!” kataku dengan mata yang masih terpejam dan menarik selimut ku yang di tarik deila tadi.
“ woy! Bangun! Udah jam berapa sekarang! Udah siang. Bangun.” Kata deila yang dari tadi membangunkan aku.
“ gei, terserah loh mau bangun atau gak. Aku pergi  ke kampus sendiri. Bye!” kata deila yang sudah kesal membangunkan aku.

Saat deila keluar dari kamar ku. Aku langsung bangung dan melihat jam. “ haaa…!!!” jeritku saat melihat jam. Aku langsung masuk ke kamar mandi dengan terburu buru. setelah aku mandi dan berpakaian. Aku langsung turun kebawah. Mereka semua sudah tidak ada lagi. Mereka sudah pergi duluan.

“ ihhh… kok gue ditinggalin sih.” Ucapku sedikit kesal.
“ loh sih kelamaan bangunnya. Makan nih untuk loh.” Kata deila tiba tiba.
“ loh nungguin gue dei?!” tanyaku bahagia.
“ ya.” Jawab deila.
“ thank deila.” Kata ku memeluk deila.
“ sekarang cepat minum dan makan roti ini. Aku tunggu dimobil. Gak pake lama!” kata deila.
“ oke!” kataku sambil mengunyah roti.

Slama perjalanan ke kampus. Aku make up dulu. Di sepanjang jalan aku make up. Dengan kaca seadanya. Untung saja, jalanan di london gak seperti di jakarta. Jadinya, make up aku bagus deh. Walaupun di dalam mobil.

Untung saja, tidak telat. Sampai di kampus. Aku langsung lari ke toilet untuk melihat wajah ku dengan hasil make up di mobil. Aku memperbaiki nya sedikit saja, yang agak tebal aku tipiskan. Setelah itu, aku langsung lari untuk masuk kelas. Rasanya kayak dikejar ama binatang buas.

Hari ini, jawadwal mereka semua sibuk. Kecuali, aku dan dico. Kami berdua pergi jalan jalan ke tempat hiburan yang ada di london, untuk mengisi waktu waktu kami yang kosong. Disuatu tempat yang indah. Membuat mata ku menjadi terpesona melihat ke indahan nya.

“ gei.”kata dico padaku.
“ hhmmm…”jawab ku yang masih menikmati keindah yang aku lihat.
“ aku mau bicara sesuatu. Penting.”
“ oke. Kamu mau bicara apa?” tanya ku menatap mata dico.

Dia memegang kedua tangan ku. Sangat lama dia memegang kedua tangan ku. Matanya. Menatap mata ku. Mataku pun, menatap matanya. Aku tidak tau apa yang ingin dia bicarakan pada ku. Apakah sesuatu yang penting? Kini, dia menarik nafasnya panjang panjang.

“ gei. Aku suka sama kamu.”katanya. aku sangat terkejut saat dico berbicara pada ku.
“ kamu mau kan. Jadi pacar aku?”tanyanya kembali lagi. Aku semakin tidak tau harus menjawab apa. Dico tidak tau. Kalau aku sudah berpacaran dengan vico. Akupun menarik nafas ku.
“ kita kan sudah sepakat dico. Kalau di persahabatan kita ini tidak ada yang boleh berpacaran dengan sahabatnya sendiri. Bagaimana kalau mereka tau? Mereka mungkin pasti akan sangat marah kan?”jawabku.
“ aku akan bilang dengan mereka semua. Bahwa perjanjian itu dibatalkan. Aku akan umumkan kalau kita akan pacaran. Oke.”
“ tapi…”ucapku yang tidak setuju pada dico.
“ udah. Kamu tenang aja.” Katanya yang langsung memeluk aku.

Bagaimana jika vico tau kalau dico menembak aku. Apa aku harus cerita pada vico? Terus, bagaimana jika dico yang teman teman yang lainnya tau kalau slama ini aku pacaran dengan vico? Di dalam hati aku slalu menanyakan hal itu. Aku sangat bingung.

Sejak saat itu. Dico slalu menonjolkan rasa suka dia pada ku. Dico slalu berusaha agar teman teman semua tau kalau dia suka dengan ku. Aku dengan vico semakin menjauh. Hampir setiap hari aku bersama dico. Aku belum cerita soal dico menyatakan kalau dia suka dengan ku. Aku sangat takut jika vico marah dan menjadi bertengkar dengan dico. Jika itu terjadi, semua akan tau bahwa aku dan vico berpacaran. Aku tidak ingin hal itu terjadi.

Malam ini. Vico mengajak ku dinner. Aku menerima ajakan nya. Tiba – tiba dico mengajak ku pergi. Aku tidak tau harus menjawab apa. Aku sangat bingung. Dia menarik tangan ku dan membukakan pintu mobil untuk ku. Dia mengajak ku ke london eye, vico ada di london eye. Aku tidak harus bagaimana. Aku sangat bimbang. Jika vico tau. Ini bisa membuat vico sangat marah.

Kami berdua naik di kincir raksasa. Saat berada di atas. Dico memeluk ku. Aku sangat terkejut saat dia tiba tiba memeluk ku. Tanpa ku sengaja. Aku melihat vico di bawah. Dan dia juga melihat ku. Aku langsung melepaskan pelukan dari dico.

“ dico! Kamu apa apaan sih!” kataku marah padanya.
“ aku tau. Kamu takut ketahuan kan dengan vico? Gak usah takut. Mereka semua udah tau kalau aku suka sama kamu.”kata dico.

Aku gak mungkin mengejar dan mencari vico. Bisa bisa nanti ketahuan. Aku tetap berjalan berdua dengan dico. Aku sangat merasa bersalah pada vico. Aku tau vico pasti sangat marah pada ku. Apalagi. Dia melihat aku berpelukan dengan dico. Hati ku tidak tenang. Rasanya, aku ingin menjelaskan semuanya pada vico.

Paginya. Saat aku ingin menuangkan susu untuknya yang ku lakukan setiap hari padanya. Kini, dia menolak. Dia menuangkannya sendiri. Dico menyodorkan gelasnya yang kosong agar aku menuangkan susu di gelasnya. Vico langsung pergi dari meja makan. Aku hanya bisa duduk di meja makan dan melanjutkan sarapan bersama mereka.

Dico menarik ku. Dan membukakan pintu mobilnya untuk ku. Aku berangkat bareng lagi bersama ke kampus. Dico sangat menginjak gas mobilnya.

“ dico! Pelan!”
“ kamu tenang aja.”katanya.

Sekarang mobil kami dengan mobil vico bersampingan. Dico yang tiba tiba memagang tangan ku. Aku langsung menarik tangan ku. Vico semakin menginjak gasnya. Kali ini. Dico memang sangat gila. Semenjak tadi malam. Aku belum bicara dengan nya. Sampai sekarang, vico belum membalas SMS dari ku.

“ vico. Aku mau bicara.” Kataku saat duduk disamping vico di kursi perpustakaan.
“ gak ada yang perlu dibicarakan. Semua sudah jelas. Jadi, kamu gak perlu menjelaskannya.” Katanya. Dia pergi meninggalkan ku sendiri.
“ vico!” panggil ku yang tidak di hiraukan nya.

Deila juga menjauh dari ku. Aku tidak tau mengapa deila menjauh dari ku. Aku tidak tau salah aku apa? Tiba tiba dia menjauh dan tidak mau bicara dengan ku. Deila sangat aneh belakangan ini. Aku sangat bingung dengan sikapnya.

Malam ini. Kami semua pergi keluar untuk jalan jalan malam. Kami pergi ke tower bridge. Kali ini, aku bisa lepas dari dico. Aku bisa berjalan berdua dengan vico. Dan vico juga sudah memaafkan ku. Dia mengerti semuanya. Tiba tiba, dico menarik ku. Dan vico tetap memegang tangan ku.

“ vico. Lepaskan dong tanga gei. Aku mau jalan sama gei.” Kata dico.
“ vico. Loh dengar gak sih apa yang gue bilang?!” katanya lagi.
“ seharusnya loh yang lepaskan tangan gei.” Kata vico melepakan tangan ku dan mendekat pada dico.
“ vico. Udah vico.” Ucapku yang takut mereka berdua jadi bertengkar.
“ jangan pegang pegang tangan dia!” kata vico menolak dada dico.
“ vico udah!” ucapku semakin takut kalau mereka akan bertengkar.
“ loh cemburu? Loh suka juga sama gei?” kata dico yang sudah panas dengan vico.
“ pokoknya loh jangan pernah sentuh gei!” kata vico menolak dico sampai terjatuh.

Dico sudah sangat marah pada vico. Dia bangun dan langsung menumbuk wajah vico. Dan vico membalas nya. Mereka saling membalas dan semakin emosi. Mereka bertengkar sampai guling guling di bawah. Aku langsung menelefon delon dan reco untuk segera datang dan memisahkan mereka.

Delon dan reco sangat susah memisahkan mereka. Mereka berdua begitu sangat emosi. Semua pasti akan ketahuan. Karna, vico tidak bisa menahan emosinya pada dico. Wajah mereka berdarah dan lebam lebam. Mereka dibawa ke rumah sakit untuk membersihkan darah darah di wajah mereka.

“ kenapa kalian berdua bertengkar? Kita ini sahabat! Kenapa jadi begini!” kata delon saat sampai di villa.
“ kalian berdua ada masalah apa sih?” Tanya reco. Vico dan dico hanya diam.
“ gei. Mereka berdua kenapa bisa bertengkar?”Tanya reco.
“ aku gak tau.”jawabku berpura pura tidak tau. Vico pergi masuk ke kamarnya dan dico juga masuk ke kamarnya. Dan kami semua masuk ke kamar masing masing. Setelah semua tidur. Aku pergi ke kamar vico.

Aku mengobati luka lebam yang ada di wajahnya. Dan dia menjerit kecil karna ke sakitan saat aku mengobati luka lebam di wajahnya.

“ vico. Aku mohon sama kamu. Jaga emosi kamu. Kamu gak mau kan kalau semua jadi terbongkar?” kata ku padanya.
“ iya. Maafkan aku.” Katanya.
“ slamat mimpi indah.”ucapku padanya saat aku keluar dari kamarnya.

Setelah kejadian tadi malam. Sepertinya dico semakin membuat vico cemburu. Dan vico slalu mengingat kataku. Aku juga harus menjauh dari dico. Agar dico tidak terus mendekati ku. Tapi dia tidak pernah menyerah untuk pergi mendekati ku. Dan sikap deila begitu sangat membingungkan. 

Kami yang tidak pernah satu mobil lagi seperti dulu. Dan sekarang, aku slalu satu mobil dengan dico.
Persahabatan ku sekarang berubah. Karna cinta semuanya berubah. Aku pergi ke taman belakang vila yang bisa membuatku sedikit tenang. Aku duduk di rerumputan taman belakang villa yang sangat luas.
Dico mendatangi ku. Dia duduk disampingku sekarang. Dan aku berdiri untuk pergi. Dia juga berdiri dan menahan ku untuk pergi. Denga kuat dia memagang tangan ku.

“ dico lepaskan.”kataku.
“ dico sakit! Lepaskan dico!” ucapku yang berusaha melepaskan genggaman dari dico.
“ loh gak dengar apa yang gei bilang! Lepaskan tangan dia!” kata vico tiba tiba datang. Dico melepaskan genggaman nya pada ku. Dan mereka berdua saling bertatapan. Aku yang langsung menarik vico dan membawanya pergi menjauh dari dico.

“ vico. Jaga emosi. Aku mohon.” Ucapku memohon pada vico.
“ gei. Ini udah kelewatan gei. Kamu itu pacar aku. Wajar aku cemburu gei. Dico sudah kelewatan gei!”
“ aku mohon vico. Aku gak ingin semuanya terbongkar. Dan persahabatan ini menjadi rusak.”
“ kamu pilih mana? Persahabatan atau cinta?” Tanya vico.
“ persahabatan juga penting dan cinta juga sangat penting. Kedua nya sangat penting untuk aku. Aku gak ingin kehilangan kedua duanya vico.”
“ tapi saat ini. Kamu harus pilih satu. Cinta atau sahabat?” Tanya vico lagi.

Aku sangat bingung saat vico memberiku pilihan itu. Kedua duanya sangat penting bagiku. Cinta dan persahabatan itu begitu sangat penting dalam kehidupan ku. Aku tidak ingin kehilangan salah satunya. Tapi, jika aku tidak ingin kehilangan satu. Maka, aku akan kehilangan kedua duanya. Yaitu persahabatan ku dan percintaan ku. Aku harus tetap memilih salah satu diantara kedua pilihan itu.

“ oke. Kalau kamu gak jawab juga. Brarti kami pilih cinta. Aku hitung sampai tiga. Kalau kamu gak jawab juga brarti kamu pilih cinta.” Kata vico.
“ satu… dua…. Ti…tiga.” Ucapnya menghitung. Dan kehitungan ketiga. Aku tidak juga menjawab yang mana aku pilih. Karna, aku sangat bingung. Saat ini, aku tidak tau harus milih yang mana.

Vico pergi menemui dico. Sementara, aku hanya diam dibawah pohon. Aku berlari mengejar vico. Ternyata aku terlambat. Mereka sudah bertengkar lagi. Aku berusaha memisahkan mereka. Tapi, aku malah kena pukulan mereka. Aku pingsan. Dan vico berhenti memukul dico. Saat vico melihat ku. Dico memukul vico lagi. Dan akhirnya reco dan delon datang untuk memisahkan dico yang memukul vico sampai berdarah darah. Dan wajah mereka berdarah dan babak belur lagi.

“ vico sama dico bagaimana? Dimana mereka?” Tanyaku pada deila saat aku sadar dari pingsan.
“ mereka ada di bawah. Loh, kenapa sih? Slalu aja jadi bahan rebutan.” Ucap deila.
“ maksud loh dei? Ohh… gue tau. Loh suka sama dico? Loh cemburu?”
“ kalau iya kenapa? Gue juga udah tau. Apa rahasia loh. Loh pacaran kan sama vico.”
“ dari mana loh tau?”
“ bukan urusan loh darimana gue tau. Gue udah tau dari dulu kalau loh pacaran sama vico. Gue diam. Gue gak marah. Tapi, saat loh dekati dico. Gue marah. Gue cemburu. Slama ini gue suka sama dia. Tapi loh rebut dia dari gue.”
“ dei! Gue gak pernah rebut dico. Gue gak pernah sedikitpun suka dengan dico. Untuk apa aku miliki dico. Aku udah punya vico. Oke. Aku akui. Dico pernah nembak gue beberapa minggu yang lalu. Aku, gak pernah menerima cintanya dico. Dan aku juga gak ingin menyakiti atau mengecewakan dia.”
“ tapi, akhirnya apa! Dico mengaggap loh terima cintanya.” Ucap deila.
“ oke. Aku akan selesaikan ini semua. Aku gak ingin persahabatan kita rusak. Aku akan perbaiki semuanya.” Ucapku.

Delon masuk ke kamar ku. Dan aku menjelaskan semuanya lagi pada delon. Aku tidak ingin masalah ini berlarut larut. Aku tidak ingin masalah ini tidak terselesaikan. Dan aku mau tidak mau. Harus membongkar dan memberitau semuanya pada delon.

“ delon!!! Mereka berantem lagi!!!” jerit reco saat mereka berdua berantam lagi. Dan karna, reco 
tidak bisa memisahkan mereka. Reco menjerit meminta bantuan. Kami semua segera turun setelah mendengar jeritan  reco. Delon dan reco memegang vico. Sedangkan dico tidak ada yang memegangnya. Dico datang dan langsung memukul vico kembali. Dan delon segera memegang dico yang emosinya sangat besar.

“ cukuppp!!!!! Dico udahhh!!!!”

Dico yang sudah bisa mengontrol emosinya. Dan vico juga sudah bisa tenang. Tapi, tetap saja mereka masih bertatapan. Delon membawa pergi dico. Karna jika mereka tetap ada diruangan yang sama, mereka pasti akan bertengkar.

“ loh tetap disini. Jangan kemana mana!”
“ dei. Tolong obati luka dico.” Sambung delon.
“ iya.”
“ delon. Aku mohon tolong jelaskan semuanya sama dico. Aku mohon.” Ucapku pada dico.
“ iya. Aku akan jelaskan semuanya sama dico.”
“ maafin aku. Gara gara aku semuanya jadi begini.” Kataku meminta maaf pada delon karna merasa bersalah. Aku pergi, mengambil air dan kain untuk membersihkan luka yang diwajah vico.

Setelah aku membersihkan luka di wajah vico. Aku pergi membuang air bekas luka vico dan mengganti kain. Aku mengambil baru lagi untuk membersihkan darah di dekat sekitar bibir reco. Walaupun vico yang memukulnya. Aku merasa sangat merasa bersalah dengan reco.

“ sini aku obtin.” Kataku pada reco untuk mengobati lukanya.
“ aaww… pelan pelan gei.”
“ iya.”
“ maafin aku ya reco. Gara gara aku, kamu juga jadi kena.” Sambung ku.
“ loh gak salah, kok. Semuanya hanya salah paham ajakan?”
“ ya.”

Aku masih tetap melakukan seperti biasa. Menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Tapi, kali ini. Aku tidak menuangkan susu kepada vico. Saat sarapan. Semua hanya diam. Biasanya setiap di meja makan kami slalu menyapa dan bercerita cerita. Tapi, kali ini tidak. Semua garing. Semua saling diam. Tiba – tiba handphone ku berdering. Aku menganggkatnya.Aku sangat terkejut. Saat pengacara papa menelefon ku. Aku segera pergi untuk balik ke jakarta melihat keadaan papa. Aku tidak ingin menyesal.

“ apa! Iya saya akan ke jakarta hari ini juga.” Kataku saat berbicara di telefon.
“ ada apa gei?” tanya delon padaku.
“ aku harus pulang ke jakarta. Papa ku dalam keadaan kritis.”
“ aku akan antar kamu ke bandara.” Kata vico tiba tiba.
“ aku naik taxi aja. Makasih.” Ucapku menolak karna takut dico dan vico bertengkar lagi. Vico berdiri dari kursinya dan pergi mengambil kunci mobil dan menarik tangan ku. Dan dia membukakan pintu mobil untuk ku.

“ telfon aku kalau terjadi apa apa.” Kata vico saat sudah sampai di bandara.
“ iya.”
“ kamu, jangan berantam lagi ya sama dico. Aku gak ingin wajah tampan kamu hilang.” Ucapku tersenyum sambil memegang wajah vico yang masih lebam. Dia memeluk ku.
“ hati hati. Aku akan nyusul kamu ke jakarta. Aku akan doa’I papa kamu agar cepat sembuh.”
“ bye.” Kataku pergi menjauh meninggalkan vico.

Sampai di bandara seokarno. Aku langsung naik taxi dan pergi ke rumah sakit. Aku berlari mencari ke ruangan papa. Di ruangan tunggu di depan kamar papa, semua sudah berkumpul. Disana ada pengacara papa dan kedua kakak ku. Dokter lagi memeriksa papa. Saat, dokter keluar.

“ dok. Bagaimana keadaan papa saya.” Kataku saat dokter keluar dari ruangan papa. Dokter hanya diam saat aku menanyakannya beberapa kali. Aku tau apa artinya. Aku langsung masuk ke ruang rawat papa. Aku melihat detak jantung papa sudah tidak ada. Aku meneteskan air mataku. Bagaikan sebuah mimpi. Aku belum bisa menerimanya. Aku tidak ingin kehilangan papaku.
“ papa…papa…” panggilku dengan menangis.

Aku keluar dan segera memberi tau mereka semua. Mereka semua langsung pergi ke bandara untuk balik ke jakarta.

Setelah tiga hari ke pergian papa. Pengacara membacakan surat wasiat untuk kami bertiga. Semua perusahaan papa di bagi rata untuk kami. Setiap satu orang di berikan tiga perusahaan dan beberapa mobil dan rumah dan uang yang cukup banyak. Selama aku masih kuliah. Semua perusahaan papa yang telah menjadi atas nama ku. Tidak aku pegang. Slama aku masih kuliah. Pengacara papa yang aku suruh untuk memegangnya sementara ini.

Aku masih sangat terpukul atas kepergian papa. Aku belum bisa menerima nya. Aku sangat menyesal. Karna salama ini aku jarang mengunjungi papa saat papa sakit. Dan sekarang. Semuanya sudah terlambat. Saat aku ke dapur ingin mengambil air putih. Aku melihat kak ricard baru pulang saat dini hari dalam ke adaan mabuk. Aku sangat benci dengan kak ricard. Aku benci dengan sikap nya yang hanya ingin uang dan harta papa. Sepertinya, kak wildan sangat menyesal. Aku rasa, kak wildan juga terpukul atas ke pergian papa.

Saat sarapan pagi aku dan kak wildan duduk di meja makan untuk sarapan. Kak ricard turun dan datang ke meja makan untuk sarapan. Aku terus melihatnya.

“ ngapain kamu lihatin kakak terus?” kata kak ricard yang sudah risih saat aku terus terusan melihatnya.
“ tadi malam kemana aja? Mabuk mabukan lagi? Sama pacar pacar kakak? Iyakan?!”
“ bukan urusan kamu.”
“ itu urusan aku kak. Ini baru empat hari papa meninggal. Kakak udah mabuk mabukan. Bahkan kakak gak menyesal papa pergi meninggalkan kita.”
“ menyesal? Untuk apa menyesal! Yang penting aku udah dapatkan harta papa walaupun tidak semuanya.”
“ bajingan tau gak!” kataku yang panas mendengar ucapan kak ricard. Kak ricard membentak meja yang membuat ku dan kak wildan terkejut.
“ apa! Kakak mau marah! Mau pukul aku! Pukul! Aku gak takut sama kakak! Aku benci sama kakak!” ucapku marah. Kak ricard yang ingin menampar ku dan kak wildan memegang tangan kak ricard yang ingin menampar ku.
“ pergi dari sini. Jangan balik ke rumah ini lagi.” Kata kak wildan.
“ oke. Aku akan pergi dari rumah ini. Aku gak butuh kalian semua!” ucapnya dengan suara yang kuat dan pergi.

Tujuh hari setelah kepergian papa. Aku balik ke london. Ternyata, masalah disini belum juga selesai. Vico dan dico yang masih diam diaman. Dan deila yang masih marah dengan ku. Aku tidak tau apa yang harus ku lakukan.

“ loh masih marah sama gue?” tanyaku pada deila yang dari tadi mendiamkan ku.
“ gak.”
“ gak usah bohong dei. Aku tau kamu masih marah sama aku. Aku udah jelasi semuanya sama kamu kan dei. Aku ingin. Kita yang dulu. Tidak begini. Semua saling diam diaman dan dingin. Aku ingin persahabatan kita yang dulu. Yang hangat. Bukan yang dingin seperti ini.” Kataku panjang lebar. Dan deila pergi meninggalkan ku begitu saja.

Saat aku berjalan. Tiba – tiba dico menghalang halangiku berjalan. Sangat lama dia mengganggu ku. Aku tidak ingin terjadi ke salah pahaman lagi. Tiba – tiba vico datang dan menolak tubuh dico ke dinding dan vico memukul dico. Reco dan delon datang memisahkan mereka berdua.

Aku sangat pusing bagaimana caranya agar mereka berdua tidak bermusuhan lagi. Aku semakin tidak suka mendekat dengan mereka berdua. Karna jika aku mendekati atau mereka dekat dengan ku. Mereka akan bertengkar lagi. Sepertinya persahabtan kami sudah hancur. Semua tidak sehangat dulu lagi. Apakah aku harus memilih cinta? Ataukah pesahabatan ku? Aku sangat bingung harus pilih yang mana.

“ loh itu hanya jadi masalah di persahabatan ini. Loh itu perusak persahabatan. loh udah ambil orang yang slama ini gue sukai. Loh udah bohongi kita semua. Loh itu jahat. Loh teman makan teman.” 
Kata deila yang datang dan pergi setelah bicara begitu pada ku.

Slama satu malaman aku memikirkan perkataan deila yang di ucapkannya tadi sore. Deila benar. Aku adalah penyebab kerusakan persahabatan ku sendiri. Aku sudah memutuskan untuk pergi dari villa ini dan pergi meninggalkan mereka. Mungkin, jika aku pergi dari mereka. Semua masalah akan beres.

Pagi nya, delon heran tidak bisanya aku tidak keluar kamar dan menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Delon naik dan mengetuk pintu ku. Tapi, tidak ada jawaban. Dia masuk dan melihat tempat tidur ku yang rapi dan semuanya dalam ke adaan rapi. Dia melihat sepotong surat yang aku letakan di meja. Delon segera membacanya dan turun memberi tau yang lain dan membacakan nya.

 Maafkan aku telah jadi perusak persahabatan kita slama ini.maafkan aku telah membuat persahabatan ini hancur tidak hangat seperti dulu lagi. Terima kasih sudah membuatku sadar. Aku tidak perlu siapa yang membuatku sadar. Aku sangat berterima kasih padanya. Aku akan pergi dan keluar dari persahabatan ini. Dan vico. Akuingin kita putus. Ini adalah keputusan ku vico. Jadi, tolong hargai keputusan ku. Mungkin ini jalannya. Jangan salahkan siapa siapa. Intropeksi diri sendiri adalah jalan satu satunya. Dan aku telah mengintropeksi diri ku sendiri. Dan aku tau dimana letak kasalahan ku dan seberapa kesalahan yang aku buat. Karna, aku tidak ingin membuat kesalahan yang lebih banyak dan besar lagi. Aku pergi dari kehidupan kalian. Aku baik baik saja. Mungkin, aku tidak berada di london lagi atau di inggris. Aku akan pergi jauh dari hidup kalian. Jangan pernah kwatir, aku akan pergi jauh dari hidup kalian.

BY:  gei

“ siapa yang udah bilang kalau gei perusak persahabatan ini?!” tanya delon.
“ emang benar kan dia perusak persahabatan ini.”
“ deila cukup!” kata reco.
“ coba kita intropeksi diri kita masing masing. Jangan saling menyalahkan. Yang di katakan gei tadi benar. Kita harus intropeksi diri kita masing masing. Menyadari apa kesalahan yang kita telah perbuat. Bukan saling menyalahkan satu sama lain.” Sambung reco. Semua hanya diam.

Aku pergi hamsterdam. Aku tinggal disana. Sementara ini, aku cuti untuk kuliah. Aku ingin menenangkan fikiran ku di negri kincir angin ini. Mungkin, ini jalan kehidupan yang harus aku lalui.
Aku lebih suka dan sering berjalan sendiri di trotoan jalan. Terkadang, aku melihat, di caffe di pinggir jalan. Aku melihat persahabatan ku yang dulu. Aku sangat rindu dengan mereka. tapi aku harus pergi menjauh dari mereka. Hidup ku terlalu sepi, sunyi dan hampa. Dan kini, aku memutuskan untuk balik ke london setelah aku sebulan di negri kincir angin ini.

Saat aku pergi ke london eye aku mengingat semuanya. Begitu indah persahabatan kami. Tapi, karna cinta semuanya rusak. Aku berjalan sendiri di tempat keramaian. Dimana bisanya kami berjalan bersama dan tertawa bersama. Aku merasakan perubahan itu.

Berjalan sendiri di tengah keramaian mengingat semua masa lalu yang pernah ku lewati bersama teman dan sahabat ku. Semua membuatku meneteskan air mata tanpa ku menyadarinya. Aku merasakan kesedihan yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya. Apa persahabatan ku bisa kembali seperti dulu? Apa semuanya bisa seperti dulu lagi?  Ucapku dalam hati.

Saat aku berjalan di trotoan. Delon melihat ku. Dia turun dari mobilnya dan mengejar ku. Akupun berlari menjauh dari delon. Aku tidak ingin bertemu dengan mereka. aku ingin pergi jauh dari mereka. cukup, aku telah merusak persahabatan ku. Dan aku tidak ingin merusaknya lagi. Aku masuk ke caffe dan bersembunyi disana. Aku tidak ingin mereka menemui ku.

Akhirnya, aku lolos dari delon. Aku duduk di caffe itu dan memesan coffie dan makanan. Aku tidak tau harus sampai kapan aku terus begini. Terus menjauh dari mereka dan meninggalkan kuliah ku. Aku mengambil foto kami semua saat berlibur ke paris. Foto itu membuatku tersenyum sendiri.

“ masih menyimpan foto itu?” ucap seseorang yang berdiri di depan ku. Dan aku melihatnya. Ternyata, delon menemui ku. Kali ini, aku tidak bisa pergi darinya. Dia duduk di depan ku. Aku berdiri.
“ karna perkataan deila, loh pergi kan? Ini bukan cara menyelesaikan masalah gei. Bukan lari dari masalah. Tapi kita harus hadapi. Kita sahabat. Kita lewati dan hadapi bersama. Ini hanyalah kesalah pahaman. Lagi pula, dico dan vico sudah tidak pernah bertengkar lagi. Aku rasa deila juga sudah mengerti setelah aku menjelaskan semuanya padanya.” Ucap delon panjang lebar.
“ lebih baik aku keluar dari persahabatan ini.” Kataku.
“ gei. Aku mohon. Kita hadapi bersama. Kita jelaskan atas kesalah pahaman ini. Kita tuntaskan kesalah pahaman ini. Kita harus ambil keputusan bersama dan jalan untuk memecahkan masalah ini. 
Persahabatan kita, pasti bisa seperti dulu. Percaya sama aku.”
“ maafkan aku. Aku sudah memutuskan untuk keluar dari persahabatan ini.” Ucapku. Aku langsung pergi meninggalkan delon.

Sampai kapan semuanya terus begini? Sampai kapan semuanya akan kembali seperti dulu? Delon benar. Aku tidak boleh lari dari masalah yang hadir di kehidupan ku. Aku harus hadapi masalah ini. Dan aku harus menyelesaikan nya. Aku yakin, aku pasti bisa.
Di sungai thames ini. Banyak sekali kenangan yang bisa ku ingat. Kenangan itu terlalu indah untuk di lupa kan. Dan kenangan itu, tidak akan terlupakan. Karna, suatu saat nanti. Pasti akan kembali seperti dulu. Aku sangat yakin itu.

Berjalan sendiri di sungai thames. Membuatku merasa sedih dengan persahabatan ku yang sekarang. Persahabatan ku yang hancur dan berantakan karna cinta. Untuk saat ini. Aku tidak tau harus memilih persahabatan atau cinta. Karna keduanya sangatlah penting untuk ku.

Aku menabrak seorang pria. Dan handphone ku dan handphone pria itu terjatuh Dan berhamburan. Aku segera mengambilnya. Saat aku melihat layar depan handphone. Aku mengetahui bahwa ini adalah handphone dico.

“ sorry.” Ucapku saat memberikan handphone nya yang terjatuh tadi. Aku masih menundukan kepala ku dan menutup nutupi wajah ku dengan rambut ku.
“ thaks.” Ucapku saat pria itu memberikan handphone kepada ku.  Aku langsung pergi.
“ gei.” Panggil dico saat dia mengutip gantungan mainan handphone ku yang terjatuh tadi. Dia sangat tanda dengan gantungan mainan ku yang berhuruf “ G”.

Saat dia memanggil nama ku. Aku langsung berlari. Dan dico terus mengejar ku. Aku terus berlari 
kencang, agar dico tidak dapat menemui ku. Sepertinya, dico sudah kehilangan jejak ku. Aku berhenti sejenak untuk merileks kan pernafasan ku. Seseorang memanggil ku dan memegang tangan ku.

“ gei.”

Aku langsung berbalik. Dan dico berhasil mengejar ku. Aku hanya diam dan menarik tangan ku yang dia pegang. Pegangan nya yang sangat kuat. Tidak bisa aku melepaskan pegangannya di tangan ku. Dia membawa ku ke sungai thames.

“ ayo, kembali lagi. Aku sudah bisa memahami kesalah pahaman ini. Aku bisa menerima nya. Aku gak ingin, persahabatan kita hancur.” Ucap dico.
“ tapi, deila belum bisa mengerti dan memahami atas kesalah pahaman ini. Lebih baik. Aku mengalah. Lebih baik, aku yang keluar. Karna, semua ini gara gara aku. Aku penyebab semuanya.”
“ oke! Kalau begitu kita tuntaskan masalah yang ada di persahabatan kita sekarang. Kita jelaskan bersama sama. Oke. Aku mohon. Ikut aku kembali ke villa.” Kata dico memohon.

Aku luluh dengan permohonan dico. Aku ikut dengan nya. Aku kembali lagi ke villa. Aku ingin menuntaskan semuanya. Tidak ada lagi kesalah pahaman di persahabatan ini.
Dico masuk ke villa. Vico, delon, reco, dan deila sedang berada di ruang karauke. Aku ikut masuk bersama dico. Mereka semua sangat heran dengan ke datangan ku. Deila yang langsung berdiri. Dan pergi keluar dari ruang karauke.

“ deila…” panggil ku mengejar nya. Dan kini aku memegang tangan nya.
“ lepaskan!” ucapnya. Dan akupun melepaskannya.
“ kenapa loh datang kesini lagi? Bukan nya loh udah keluar dari persahabatan ini?!” kata deila.
“ ini kan villa dia. Jadi terserah dia dong. Mau balik kesini lagi atau gak?!” kata dico begitu saja secara tiba tiba. Deila hanya diam saat dico menjawabnya.
“ oke! Kalau begitu. Aku akan pergi dari sini. Dan keluar dari persahabatan ini!”
“ deila! Jangan! Aku mohon. Biar aku yang keluar dan pergi dari sini.” Ucapku. Vico langsung menarik tangan ku.
“ gei gak akan keluar dari persahabatan ini dan dia gak pantas angkat kaki dari villa ini. Karna, villa ini milik dia. Kita selesaikan masalah ini bersama.” Kata vico.
“ ayo.” Ajak vico pada deila agar mau mendengarkan penjelasan dari ku dan vico dan dico.
“ gak ada yag perlu di jelaskan lagi. Aku yang akan keluar dari villa ini dan keluar dari persahabatan ini. Yang hanya memihak sama loh!” kata deila menolak ku hingga terjatuh.
Vico membantu ku untuk bangun. Aku ingin mengejar deila yang ingin pergi dari villa dan keluar dari persahabatan ini. Tapi, vico melarang ku untuk mengejar nya.
“ vico. Lepaskan! Aku gak mau deila pergi. Aku ingin kejar dia. Lepaskan aku vico.”
“ gie. Loh itu terlalu baik. Loh itu udah di tolak dia sampai terjatuh. Dan sekarang, loh mau mengejar dia lagi!” kata vico.
“ dia sahabat kita! Aku gak ingin dia keluar dari persahabatan ini!”
“ dia pantas keluar dan pergi dari persahabatan ini dan villa ini. Aku mohon. Jangan kejar dia.” Ucap vico yang masih memegang tangan ku.

Aku tidak tega melihat deila pergi dari villa ini. Sangat berat bagiku melihat deila pergi dan keluar dari persahabatan ini. Aku tau deila yang sesungguhnya. Dia hanya sedang emosi.

Di kampus, vico melarang ku untuk mendekat dengan deila. Aku sangat tidak bisa melihat sahabat ku sendiri di jauhi. Aku tidak bisa melihat sahabat ku berjalan sendiri. Tapi, vico slalu melarangku untuk mendekat pada nya.

“ delon, tolong bantu aku untuk jelaskan semuanya sama deila. Aku gak ingin deila keluar dari persahabatan kita ini.”
“ tapi, loh udah lihat sendiri kan. Deila yang tidak mau menerima penjelasan dari kita semua. Aku juga udah bolak balik menjelaskan sama dia. Jadi, yang di katakan vico benar.”

Belakangan ini. Aku tidak melihat deila di kampus. Aku sangat kwatir dengan nya. Aku takut terjadi apa apa dengan nya. Aku gak ingin hal buruk terjadi padanya. Diam diam, aku mengambil kuci mobil dan langsung mencari deila. Karna aku, sangat kwatir dengan nya.

Aku melihat deila sedang mabuk di jalan. Dia sangat mabuk berat. Aku langsung turun dari mobil dan menyusulnya.

“ deila. Loh kenapa mabuk dei?” tanya ku padanya.
“haa…!!! Pergi loh sana! Gak usah sok peduli loh sama gue!” katanya dengan keadaan mabuk sambil mendorong ku dan aku terjatuh.

Deila berjalan di tengan jalan yang sunyi dengan ke adaan mabuk. Mobil berkelajuan kencang yang ingin menabrak deila. Aku langsung bangun dan menolak deila ke pinggir jalan. Dalam hitungan detik. Aku sudah tercampak dengan kelajuan mobil yang sangat cepat.

Berhari hari aku terbaring koma di rumah sakit. Aku tidak tau bagaimana keadaan deila. Saat aku bangun dari koma. Aku tidak bisa melihat. Semua nya gelap. Pertama sekali, aku sangat panik.

“ gei.”

Terdengar seseorang memanggil nama ku. Aku tau siapa yang memanggil ku. Dia adalah kak wildan. Aku masih sangat panik dengan pandangan ku yang semua nya gelap.

“ kak. Kakak dimana? Kenapa aku gak bisa lihat kakak?” tanya ku panik.
“ kakak disini. Kakak disamping kamu. Kamu tenang ya.” Ucap kak wildan memegang tangan ku dan aku sangat memegang erat tangan nya dan dia mengelus rambut ku. Tanpa, ku menyadarinya. Air mata jatuh di kedua pipi ku.
“ deila.” Kata ku saat mengingat deila.
“ deila dimana kak? Deila baik baik aja kan kak?” tanya ku sangat khawatir pada deila saat aku mengingatnya.
“ dia baik baik saja. Sekarang, kamu istirahat aja dulu.” Kata vico.
“ vico. Kamu gak bohong kan?” tanya ku.
“ iya. Aku gak bohong. Sekarang kamu istirahat dulu ya.” Ucap vico.

Sangat lama, kak wildan mengelus rambut ku dan memegang tangan ku. Aku tertidur di genggaman tangan nya yang membuat ku sedikit tenang dan belaian dari nya yang begitu tulus untuk ku. Setelah aku tertidur. Kak wildan dan vico pergi menemui dokter untuk menanyakan mengapa aku tidak bisa melihat.

Aku merasakan seseorang sedang memegang tangan ku. Aku menggenggam nya. Ku buka mataku. Dan aku tau siapa orang yang berada disamping ku sekarang.

“ gei.”
“ deila.” Saat aku mendengar deila meamanggil nama ku.
“ gei, maafkan aku gei. Gei… maafkan aku gei.”ucap deila menangis.
“ loh gak salah dei.”
“ gue banyak salah sama loh. Maafin gue gei.” Ucap deila memeluk ku dengan menangis.
“ iya. Gue maafin loh.” Ucapku menerima permintaan maaf deila. Air mata ini ikut jatuh di pipi ku.
“ gei, aku keluar bentar ya. Kakak kamu dan vico juga udah ada disini.” Kata deila saat melihat kak wildan dan vico masuk ke ruangan ku.
“ jangan lama lama ya, dei.”
“ ya.” Ucapnya. Dan deila pergi keluar dari ruangan ku.

Dia duduk di ruang tunggu yang berada di luar ruangan ku. Sepertinya, deila sangat terpuruk dengan keadaan ku yang sekarang. Aku tidak apa apa kalau aku buta dan lumpuh. Asalkan. Persahabatan ku kembali seperti dulu.

“ kenapa datang? Merasa bersalah?” kata vico tiba – tiba duduk di samping deila.
“ gak usah menangis. Gak usah peduli lagi dengan gei. Loh udah buat dia buta dan buat gei jadi lumpuh! Mau loh apa sih dei! Hah!” ucap vico sangat marah pada deila.
“ vico cukup!” kata reco.
“ loh diam reco!” kata vico dengan melihat wajah reco.
“ sekarang. Mau loh apa! Apa lagi! Loh belum puaskan dengan keadaan gei yang sekarang! “ bentak vico kepada deila.
“ vico. Gue gak seperti itu vico.” Kata deila semakin menangis.
“ apa!” tangan vico yang ingin menampar deila. Dan reco mencengah tangan vico yang ingin menampar deila.
 “ vico cukup! Loh pukul gue!” kata reco. Vico berdiri. Dan langsung memukul reco.
“ ayo pukul lagi vico. Aku gak akan membalas nya.” Kata reco setelah di pukul vico. Vico langsung pergi setelah memukul reco.
“ loh gak apa apa kan dei?” tanya reco penuh perhatian dengan deila. Reco memeluk deila dan memegang tangan nya dan menghapus air mata deila.

Kak wildan, tidak bisa lama lama menemani ku. Dan hari ini, aku juga sudah bisa untuk pulang dari rumah sakit. Rasanya senang sekali bisa keluar dari rumah sakit. Delon, vico, reco, deco, dan deila tidak bisa mengantar aku untuk balik ke villa.

Sekarang sahabat sahabatku tidak tinggal di villa ku lagi. Mereka tinggal di apartement milik mereka sendiri. Villa menjadi sunyi dan sepi. Aku sangat merasakan kehilangan mereka semua. Kak wildan tidak jadi pergi saat melihat dan memikirkan aku. Dia slalu menemani ku. Untuk sementara ini. 
Kuliah ku, aku hentikan dulu sebelum aku mendapatkan donor mata.

Hari ini, aku akan ikut kak wildan pergi ke amerika. Aku rasa, persahabatan ku semakin hancur berantakan. Disaat, aku ingin pergi dan berangkat ke bandara. Mereka semua tidak ada datang untuk melihat ku dan menyampaikan salam perpisahan untuk ku. Mungkin, aku memang harus pergi dari sini. Ini adalah akhir dari persahabatan ini. Aku harus bisa menjalani dan menerima nya.

Hari demi hari, bulan demi bulan aku menjalani kehidupan ku yang gelap dan hampa tanpa mereka. Aku sangat merasakan kehilangan mereka. Hidup penuh dengan kehampaan sangatlah menyedihkan. Hidupku menjadi buram tanpa kecerian. Tidak ada lagi canda, tawa, dan kebersamaan yang dulu.  

Malam ini, kak wildan pulang lebih awal dari bisanya. Malam ini. Aku bisa makan malam bersama dengan kak wildan. Hal yang sangat aku tunggu. Semenjak aku tinggal di amerika. Aku jarang sekali untuk tertawa dan tersenyum seceria dulu lagi. Hidup ku sekarang sangat berbeda.

“ sini, kakak tuangkan susu di gelas kamu.” Kata kak wildan menuangkan susu untuk ku. Aku menjadi teringat saat aku slalu menuangkan susu untuk mereka semua. Aku sangat ingat, ke akraban kami semua saat di meja makan. Ingatan itu tidak bisa hilang. Aku ingin semuanya kembali lagi.
“ kakak pergi dulu ya.” Pamit kak wildan pada ku yang sedikit menyerakan rambut ku.

Aku campakan gelas dan piring yang berada di dekat ku. Sambil menjerit dengan sekuat kuatnya. Aku merasa sangat terpukul dengan keadaan ku yang sekarang. Aku berusaha untuk berdiri. Tapi, kaki ku tidak bisa. Aku malah terjatuh.

“ hhhaaaa!!!!” jeritku dengan memukul kaki ku berulang kali dengan menangis.
“ gei.”

Seseorang yang memanggil nama ku itu, langsung memeluk ku. Sehingga aku berhenti memukuli kaki ku. Dia membawa ku ke taman belakang. Sedikit tenang rasanya ketika dia membawa ku luar ruangan. Dia berada disampingku. Menemani ku.

“ apa semuanya sudah berakhir? Apa …” ucapku yang belum selesai berbicara. Vico langsung memeluk ku.
“ maaf. Maafin aku.” Kata vico yang masih memelukku dan aku masih menangis.

Satu per satu mereka datang kembali di kehidupan ku. Tapi, sampai sekarang. Deila tidak mucul. Aku sangat menunggu ke hadiran deila. Dan hari, aku mendapat kabar gembira. Aku telah mendapatkan donor mata. Besok, aku sudah mulai bisa di operasi. Rasanya bahagia sekali bisa melihat dunia yang penuh dengan warna kehidupan.

Slama beberapa hari, mata ku di perban. Perlahan lahan, dokter membuka perban mata ku. Saat aku membuka mata ku. Pertama kali orang yang terlihat pandangan ku adalah kakak ku yang slalu berada disisi ku. Dengan senyuman nya kepadaku. Setelah aku melihat semua yang ada di sekitar ku. Aku tidak melihat deila.

“ deila mana? Kenapa dia tidak ada disini?” tanyaku pada mereka semua.
Mereka hanya diam saat aku bertanya keberadaan deila. Aku terus menunggu jawaban dari mereka semua. Vico pergi dan mengambil handcam miliknya. Dan dia memberiku sebuah video. Di rekaman video itu hanya ada deila yang sedang duduk di kursi.

hai, gei. Apa kabar? Slamat ya gei.kamu sudah bisa melihat kembali. Aku tau, ini tidak bisa membalas apa yang pernah aku lakukan sama kamu. Maafin aku, sudah membuat loh buta dan lumpuh. Sampai sekarang, aku masih sangat bersalah. Maafin aku ya gei. Oh ya, gei. Maaf ya, aku enggak bisa datang. Soalnya, aku akan pergi ke tempat yang sangat jauh sekali. Gei, persahabatan kita masih sama seperti dulu lagi,kan? Aku yakin, persahabatan ini akan sangat begitu indah. Selamat melihat indahnya dunia kembali gei.” Ucap deila di dalam rekaman itu

“ emang dei berada dimana? Di amerika? Atau dimana?” tanyaku pada mereka setelah melihat rekaman deila tadi.
“ gimana kalau kita datang ketempat dimana dia berada sekarang. Kita merayakan atas kembali persahabatan kita ini.” Ucapku.
“ deila berada disurga sana.”
“ maksud loh reco? Apa maksud perkataan loh apa reco?” tanya yang masih bingung dengan ucapan reco.
“ enggak… enggak…enggak!!!” jeritku setelah aku mengerti apa ucapan dari reco.
“ kalian semua bohongkan! Tolong jawab!” ucapku menangis.

Delon memberiku sebuah kotak kado. Aku membuka kotak kado itu. Ternyata, isi di dalam nya adalah sebuah lukisan yang sangat indah. Lukisan yang menggambarkan semua wajah kami saat berada di paris. Lukisan itu sangat indah sekali.

Aku memutuskan untuk pulang ke jakarta. Saat pertama sekali sampai di jakarta. Aku langsung ke makam deila. Aku menangis disana. Aku masih sangat terpukul atas keperginya. Deila adalah sahabatku yang paling baik. Tentang pertengkarang itu. Itu tidak membuatku membencinya sama sekali. Bagiku, itu hal yang biasa. Aku sangat menyayangi deila.

Selama aku di jakarta. Aku menjalai therapy, agar aku bisa berjalan kembali. Terus dan terus menjalaninya hari demi hari. Vico, dico, reco, dan delon masih tinggal disana. Mereka masih melanjutkan kuliah mereka. Aku tidak tau. Apakah aku harus tetap di sini atau… aku harus balik ke london?

Ini sebuah pilihan yang harus aku pilih. Dan aku telah memutuskan pilihan apa yang harus aku pilih. Aku harus balik ke london dan melanjutkan kuliah ku disana. Kini, kaki ku kembali menginjak negeri kerajaan ini.

Aku dan kak wildan menyiapkan makan malam. Dico, vico, reco, dan delon tidak tau kalau aku sudah kembali dan sudah bisa berjalan kembali. Aku dan kak wildan memasak banyak sekali. Semua telah terhidang di meja makan yang sangat besar penuh dengan makanan.

Terdengar suara mobil mereka. Mereka terkejut saat melihat meja makan penuh dengan hidangan makanan. “ ayo silahkan duduk, di kursi masing masing.” Kata ku saat mereka berempat melihat meja makan yang sudah terhidang. Mereka langsung berbalik. “ gei.” Ucap mereka serentak. Akupun tersenyum lebar pada mereka.

Kami duduk dan makan bersama. Saat aku ingin makan. Aku merasakan sesuatu yang hilang. Aku langsung melihat ke samping kanan ku. Yang biasanya deila duduk disamping ku.

“ ayo kita cirrs…”ajak kak wildan bersulang.
“ cirrs…” ucap kami bersama.

Walaupun deila telah pergi untuk slamanya. Tapi kenangan dan jejaknya tidak akan pernah pergi. Kami berempat akan slalu menganggapnya sahabat, walaupun telah tiada. Dei, tetap hidup di persahabatan kami. Kami berempat tidak akan melupakannya.


END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)