Selamat datang di Kumpulan Cerpen Remaja dan Anak! Silahkan mengunjungi satu per satu cerpen dari para penulis kami!
Bisa mulai ditelusuri dari Authors yang berisi profil kami, kemudian Become Author untuk mengirim karya atau pun menjadi penulis tetap. Melanjutkan atau malah langsung menuju Daftar Cerpen yang berisi cerpen terposting di blog lama maupun baru pun oke. Ada yang kurang? Tanyakan di Information. Berkelana sesuka hati saja, deh! Welcome!
Welcome to KCRdA weblog | take parcitipate with us | read stories | comment | send stories

Selasa, 22 Desember 2015

Anna - Cerpen Remaja

Anna
Lira Aulka

Di balik kecantikan yang dimilikinya, Anna ternyata tidak memiliki banyak teman.Anna anak popular di sekolahnya.Pintar serta multi talenta. Di depan junior, senior, bahkan gurunya di sekolah ia di kenal sebagai siswa terfavorit. Wajahnya yang cantik, pintar dan kalem, selalu di kejar-kejar teman laki-laki di kelasnya.

Namun tidak banyak juga yang tahu bahwa Anna adalah korban pembullyan di kelasnya.Khususnya teman perempuan sekelasnya.Ia bahkan sampai di pukuli, di jambak dan di kroyok di toilet perempuan. Anna sering menangis di kamarnya. Ayahnya yang sudah meninggal, membuat ibunya tertekan untuk beberapa bulan, sehingga ia tidak ingin membuat ibunya sedih karenanya. Ia selalu berwajah ceria di depan ibunya agar, ibunya ikut senang.
Sekolah di pagi hari berjalan seperti biasanya. Akhir akhir ini, Anna tidak berurusan dengan teman-temannya yang akan membullynya. Namun pada saat jam olahraga, Anna tanpa sengaja mengalahkan team bola volley lawannya dengan skor yang jauh berbeda dengan lawan teamnya. Pembullyan kembali terjadi di belakang sekolah.
BRUK!
Anna tergeletak di belakang halaman belakang sekolah.Teman-temannya pun meninggalkannya.Pipinya yang masih bersentuhan dengan lantai menatap lurus.Dilihatnya di luar pagar halaman belakang sekolahnya terdapat sebuah rumah besar yang kesannya sudah tua.Anna bangkit dan merasakan nyeri di batang hidungnya.
“Ya ampun, kenapa bisa begini?Kalau darahnya tidak berhenti, kemungkinan ada pembuluh darahmu yang pecah di dekat hidungmu.”Perawat UKS menjelaskan sambil memberikan ekspresi cemas pada Anna.
“Segitu parahnya ya buk?Saya benar-benar kurang hati-hati, jadi memang terbentur sangat kuat.”Anna berbohong.
“Sebaiknya kamu periksa ke dokter, ini kapas dan tisu untuk menahan darahnya.Tidak baik di biarkan.”Saran perawat UKS tersebut.Anna mengangguk.Anna membuang semua kapas dan tisu setelah membersihkan darah di sekitar hidungnya.Ia membuka pintu rumah dan ibu menyambutnya dengan hangat. Anna tersenyum dan memberisalam pada ibunya.
“Anna, ayo makan malam dulu, hari ini kamu pulang telat, jadi makan dulu yuk!” ajak Ibunya. Anna yang tidak ingin menolak ajakan ibunya, mengangguk dengan senyuman manisnya.
Ibunya bercerita banyak hal selama makan malam.Sehingga Anna harus berlama-lama di meja makan.Tiba-tiba ibunya berhenti bercerita dan membelalakkan matanya. “Ya ampun..! Anna! Kamu mimisan!”Ibu terlihat sangat terkejut. Tanpa ia sadari darah mengalir dari hidungnya. Ibu mendekati Anna.“Anna, ibu sudah lama ingin bertanya, kenapa wajahmu sering terlihat lebam?”Ibu membersihkan darah di sekitaran hidung Anna.
“Aku..aku hanya terjatuh…” Anna berbohong.
“Anna, ibu tahu kamu berbohong.Katakan yang sejujurnya.”Ibu memaksa Anna berkata jujur.Anna hanya diam tanpa menatap ibunya.“Haah, kalau kamu tidak ingin memberi tahu ibu, ibu yang akan mendatangi sekolah.”
“Jangan..!!”Anna melarangnya dengan cepat.“Aku berkelahi di sekolah, tapi kami sudah berbaikan kok.”
“Berkelahi?Ya ampun, kok bisa?”
“Yah, ini memang sering terjadi, tapi aku janji lain kali aku tidak akan mencari masalah lagi. Maafkan aku ibu..”Anna menunduk sedih.
“Yah, tapi berjanjilah kamu tidak akan mengulanginya lagi.”[]
Keesokan harinya, seorang murid baru memasuki sekolah Anna.Anak baru bisa dengan cepat beritanya menyebar ke seluruh isi sekolah.Sekretaris kelas yang mengetahui identitas murid baru, senang sekali menyebarkan identitas anak baru itu.
“Anak dari dokter psikolog terkenal!Anak pindahan itu pindah karena ibunya meninggal dunia, lalu mereka pindah ke kota ini agar tidak tertekan di kota lama mereka.”
“Anak itu cukup pendiam ya!”
“Haah, di juga lumayan ganteng~”
Terdengar suara gosipan teman-teman perempuan Anna.Anna pun beranjak dari meja makannya.Di angkatnya napan yang diatasnya terdapat sisa jus jeruk dan piring bekas nasi gorengnya. Namun saat ia hendak keluar dari mejanya, kakinya tersandung kaki-kaki meja dan bertabrakan dengan seseorang.
“Oh tidak!Ma- maafkan aku!”Anna menumpahkan sisa jus jeruknya pada seragam seorang anak laki-laki bertatapan dingin, untung saja tidak mengenai jaketnya, begitu pula air mineral yang tertumpah ke pakaian Anna.
“Dasar… kesan pertamaku di sekolah ini memang sangat buruk.”Ucapnya dingin sambil menatap Anna dengan tatapan sedingin es.Hampir seluruh mata yang ada di kantin tertuju pada mereka.
“Aku benar-benar minta maaf.Ambil ini, untuk membersihkannya.”Anna yang merasakan tatapan tajam, sehingga menusuknya dari teman-teman perempuan di kelasnya yang melihatnya dari jarak jauh.Setelah meminta maaf dan memberikan sebungkus tissue pada anak tersebut, Anna berbalik pergi meninggalkan kantin.
Sepulang sekolah…
Anna terduduk di belakang sekolahnya dengan seragamnya yang basah setelah teman-temannya sengaja menumpahkan minuman mereka ke pakaian Anna. “Haah… untung ada jaket di lokerku..semoga ibu tidak menahanku lagi…” Anna menghela nafas.
“Mengerikan sekali…” ucap seseorang.Anna terlonjak kaget.“Kupikir kau anak popular yang satu geng sama mereka.”Seorang anak laki-laki yang baru saja di temuinya. “Nih,” ia melemparkan jaket miliknya pada Anna.
“Ah! Ti- tidak apa! Aku punya kok!”Anna bangkit dan tersenyum grogi. Setelah memeriksa tasnya, ia ternyata lupa membawa kunci lokernya. Anna tidak tahu harus bagaimana, apakah ia pinjam saja jaket itu?
“Dari pada di marahi orangtuamu, mending pinjam jaketku dulu.Anggap itu ganti dari tissue-mu.” Anak itu berjalan pergi.[]
“Um… Anna, itu jaket siapa?” tanya ibunya.
“Aaah, ini, ini… ini jaket Lisa, kami coba tukaran jaket gitu, Anna pake jaketnya, Lisa pake jaket Anna, begitulah, hehe…” Anna melihat ibunya masih mencerna perkataannya tadi.“Huh, ini membuatku gerah, aku mandi dulu yang bu!Selamat malam!” anna segera berlari ke kamarnya.
“Eh, iya, jangan lupa turun untuk makan malam ya!”[]
Anna masih bingung bagaimana caranya untuk mengembalikan jaket anak yang bahkan ia tidak kenal namanya. Anna yang bergabung dengan organisasi sekolah di panggil untuk rapat.Anna yang bertugas sebagai ketua dalam bidang Seni disuruh untuk mengabsen anggotanya.
“Permisi, Kak Anna..” panggil seseorang anak kelas tujuh pada Anna. Anna menoleh ke belakang.
“Ya, ada apa?”
“Kalau boleh tahu kakak dari kelas delapan berapa?”
“Delapan satu, kenapa?”
“Ah, ternyata kakak tidak sekelas dengan abangku.”
“Abangmu kelas delapan berapa?”
“Delapan tiga, kakak tahu dimana kelasnya? Maaf, saya baru di sekolah ini,”
“Ooh, siapa nama abangmu?”
“Edsel Harriz”
Anna berguman dalam hati, ia belum pernah mendengar nama itu. Anna mengantarkan adik kelasnya itu ke depan pintu kelas delapan tiga. Setiba di sana, sang adik langsung memanggil abangnya. Anna baru sadar bahwa Edsel itu adalah pemilik jaket yang di pinjamnya.Edsel terlihat sedang memainkan gagdetnya dengan earphone menggantung di telinganya.
“Yah, kalau begitu kakak ke kelas dulu ya, dah, sampai nanti!”Anna buru-buru meninggalkan kelas itu dan memasuki kelasnya. Saat Anna menduduki mejanya, ia melihat tasnya yang terbuka dan secarik kertas tertempel di mejanya.
‘’WAH! ADA JAKET PACAR MU YA?! INI HARI TERINDAHMU!’’
Begitu membacanya, Anna langsung mengecek jaket di tasnya.Masih baik-baik saja.Ia melirik ke teman-teman perempuan di kelasnya. Mereka terlihat tersenyum iri dan tertawa. Anna berpikir keras bagaimana ia akan pergi melarikan diri dari teman-temannya sepulang sekolah nanti.
Sepulang sekolah…
Anna berlari melewati gerbang belakang sekolah, tak lama setelah itu, teman-temannya ikut mengejarnya. Setelah ngos-ngosan berlari, ia sempat berniat memasuki rumah tua yang besar itu, namun, ia juga merasakan takut-takut untuk memasukinya. Tapi, tidak ada jalan lain, sejauh mata memandang adalah hamparan kebun jangung yang mustahil untuk di masukinya.Namun Anna tak sempat berpikir panjang.Teman-temannya sudah melihatnya dari kejauhan.Tak ada pilihan, mereka kini lebih banyak, Anna berlari memasuki pintu rumah tua tak terpakai itu dan menguncinya dari dalam.
Tak lama setelah itu terdengar teriakan teman-temannya.Pintu itu bahkan sesekali di gedor-gedor.Dan tokok-tokok. Anna menggigil ketakutan, takut akan temannya yang akan membullynya, dan rumah dengan hawa seram ini. Tiba-tiba seseorang menarik tangan Anna dari belakang dan menutup mulutnya. Anna meronta dan di bawa ke dalam rumah. Setelah itu tangan yang menyekap mulutnya pun melepaskannya, dan jongkok di sampingnya.
“Shh!” anak itu meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya. “Tenang saja, disini kau akan aman.”Bisiknya. Seorang anak laki-laki memakai seragam yang sama dengannya.
“Kamu..kamu siapa?” tanya Anna.
“Aku Jean, dari kelas delapan lima. Kalau kamu?” tanya Jean balik.
“Anna, kelas delapan satu.” Kata Anna, Jeanpun mengangguk. “Kenapa kamu ada disini?” tanya Anna.
“Aku selalu bersembunyi disini setiap sepulang sekolah.” Kata Jean.
“Bersembunyi kenapa?”
“Teman-teman di kelasku akan membullyku habis-habisan setiap pulang sekolah, tidak ada tempat bersembunyi selain di rumah tua ini.” Jelas Jean.“Kalau kamu kenapa?”
“Yah, sama sepertimu.”Anna menunduk sedih.Jean melihat Anna yang begitu tertekan.Jean menarik tangan Anna.Anna tersentak dan menoleh.
“Ayo, ikut aku, aku ingin mununjukan sesuatu padamu.”Jean menarik tangan Anna dan membawanya ke sebuah tangga menuju ke bawah.
“Jean, ngapain kesini?” tanya Anna yang sedikit ngeri berada di bawah situ. Dengan cahaya sebuah lilin. Beberapa anak keluar dari kegelapan di bawah sana.
“Anna, tidak hanya kamu yang di perlakukan keras seperti itu.Kami juga sama sepertimu.”Jean bergabung dengan beberapa anak lainnya yang memengang lilin.Anak-anak itu adalah anak-anak korban pembullyan juga.
“Ka… kalian…”
“Anna, kamu mau nggak jadi teman kami semua?Dan bergabung bersama kami?”Jean menyodorkan tangannya, mengajak Anna untuk bergabung.
“Kalian semua akan berteman denganku??” Anna seakang tidak percaya, ia sangat senang. Jean dan anak-anak yang lainnya mengangguk sambil tersenyum.Anna mulai meraih tangan Jean dan semuanya gelap.
“ANNA!” Seseorang barusaja berteriak sambil menampar-nampar pipi Anna.Anna tersadar.“Oi!Apa yang kau lakukan disini?!” Anna menyadari dirinya terbaring di depan pintu rumah tua tersebut. Edsel menarik tangannya dengan kasar.“Ayo cepat! Sudah mau gelap tahu! Ibumu cariin tuh!”
“I- Ibuku?!”Anna membelalakkan matanya, Edsel membantunya bangkit dengan kasar.Anna dan Edsel memasuki pekarangan sekolah melewati gerbang belakang sekolah.“Oh iya!”Anna mengingat sesuatu.“A-aku akan mengembalikan ini padamu!”Anna mengeluarkan jaket milik Edsel dan menyerahkannya pada Edsel.Dengan tatapan dingin, Edsel menyambar jaket tersebut dari tangan Anna dengan kasar.Anna sedikit terkejut saat Edsel mengambilnya dengan kasar.
Namun Edsel malah meletakkan jaketnya untuk menutupi tubuh Anna.“Pergi sana ketempat ibumu.Bilang saja kau ketiduran di UKS, kau bisa mengembalikan jaketnya kapan-kapan.”Edsel menarik lengan baju Anna dan mendorongnya maju lebih dulu dengan kasar.Anna yang hanya bingung dengan sikap Edsel hanya berjalan dan menemui Ibunya.
“Anna! Kamu darimana saja?! Ibu khawatir..!”
“Maaf ibu, a-aku ketiduran…”
“Ya ampun, ayo cepat pulang sebentar lagi mau gelap!” sambil berjalan pulang dengan Ibunya, Anna menoleh kearah Edesel yang di jemput dengan mobil orangtuanya. Anna hanya heran kenapa Edsel bersikap seperti itu padanya.[]
Sebelumnya…
“Pak petugas, apakah anak kelas delapan satu sudah keluar?” tanya Ibu Anna pada petugas sekolah.
“Anak kelas delapan sudah pulang dari tadi buk!” jawab petugas itu dengan heran.
“Begitu ya, anak saya dari tadi belum pulang, apakah masih ada orang di kelasnya?”
“Tunggu sebentar ya buk, biar saya periksa dulu.” Petugas pun pergi mengecek kelas. Sementara Edsel yang tak jauh dari situ mendengar percakapan mereka.Edsel pun beranjak dari duduknya dan berlari ke belakang sekolah. Tak ada siapapun di sana. Namun ia melihat beberapa anak perempuan duduk di depan sebuah rumah besar yang tua. Tak lama setelah itu pun, mereka pun pergi.Edsel pun mendatangi rumah tersebut.Ia mencoba membuka pintu rumah namun terkunci. Di carinya batu dan di tokoknya ganggang pintu.Hal itu berhasil membuka pintu. Edsel terkejut melihat Anna terbaring di depan pintu. Edsel pun mecoba menggungcang tubuh Anna dan menampar-namparnya.[]
[TAMAT]


Profil dan Lainnya
Hai! Ini cerpen pertamaku di kcrda.blogspot.com semoga para pembaca menyukai karyaku^^ juga buat kakak-kakak pengurus kcdra.blogspot.com yang sudah menerima cerpenku dan juga kunjungi blogku di liraretaaulia.blogspot.com~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)