Ajeng Jovita
Ujian Nasional telah selesai. Itu sangat menyenangkan dan saatnya libur berminggu-minggu. Menyenangkan, tapi liburanku pasti tiada artinya tanpa orang yang ku sayangi, Faisal. Ponselnya hilang saat satu hari sebelum ujian. Ku kira itu sebuah pelajaran karena ia sangat malas belajar, itu membuatku geram dan ingin selalu memarahinya jika tidak mau belajar. Tapi, dimarahi seperti apapun ia tetap tidak mau belajar. Itu juga membuatku semakin sayang, kata orang “makin kesal makin sayang”. Ku pikir itu benar terjadi.
Setiap pagi, aku menunggunya mengirim pesan, tapi tidak ada kabar apapun. Siang, masih sama tidak ada kabar. Sore, ada pesan! Ku kira dari Faisal ternyata bukan. Uh menyebalkan! Malam hari saatnya aku memandangi ponselku terus menerus. Sambil menunggu kabar dari Faisal, aku mencari kabarnya dari teman-temanku yang dekat dengan rumahnya.
“Faisal sedang apa? Kamu tau ga?”
Ku tunggu beberapa menit, tiada yang menjawab pesanku. Sial. Aku sangat merindukannya, terlebih kita sama sekali tidak pernah bertemu.
“Jawab dong, please ”
Ku kirim pesan lagi kepada teman dekat Faisal. Tersiksa sekali seperti ini. Setelah ku tunggu, masih saja tidak ada jawaban. Semoga dia masih ingat denganku, begitu pikirku.
Rumahku dengan rumah Faisal tidak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar 3 kilometer. Tapi, tidak mungkin aku mendatanginya, itu hal yang sangat tidak pantas untuk seorang perempuan. Sekolah? Sekolah kita terpisah. Sekolahnya sama, tapi laki-laki dan perempuan sangat dijauhkan di sekolahku. Lebih tepatnya di sebut ‘Madratsah’. Berangkat dan pulang sekolah kita jalannya berbeda. Terkadang ia melewati jalan pulangku supaya bertemu denganku, tak jarang juga ia melewati jalanku tetapi tidak bertemu denganku.
Tiba-tiba ponselku bergetar. Segera ku sambar ponselku lalu ku buka pesan itu. Yes! Dari teman dekatnya Faisal.
“Maaf, Jo. Hari ini aku sibuk sampai tidak kasih kabar ke kamu. Aku coba cari uang untuk beli hp lagi. Doain yah ”
Senang sekali aku membaca pesan dari Faisal.
“Eh, iya ga pa-pa. Aku selalu doain kamu kok. Makasih udah kabarin aku. Miss you ” Jawabku dengan senang hati.
Ia memang bukan dari keluarga yang mampu. Tapi ia mampu untuk memperjuangkan hidupnya. Ia orang yang sangat kuat, sabar dan tabah. Itu yang membuatku tidak ingin meninggalkannya dalam keadaan apapun.
“Makasih ya beberapa hari lagi aku mungkin udah punya hp lagi, tungguin ya. Jangan nakal!” jawabnya sekali lagi membuatku sangat senang dan membuatku semakin merindukannya.
“Iyaa. Janji aku ga nakal ” jawabku singkat.
“Kamu kangen aku ya?” jawabnya lagi. Itu membuatku meneteskan air mata, ternyata dia mengerti kalau aku sangat merindukannya.
“Iya, pengen ketemu sama kamu!”
“Sabar, ya. Aku mau cari uang dulu. Kalau aku udah ga sibuk nanti kita ketemu. Jangan khawatir, pasti ada waktu buat kamu. Udah dulu ya, bye.. love you” balasnya. Mungkin ia juga sangat merindukanku tetapi tidak ada waktu yang tepat untuk menemuiku. Aku sering marah-marah dan ngambek kalau dia tidak mau bertemu denganku. Sekarang aku mencoba mengerti dan mendukung perjuangannya untuk tetap bersama denganku. Entah apa, kita seolah tidak pernah di takdirkan untuk berpisah, sekalipun mencoba memisahkan diri, tetap kembali dan tidak akan bisa pokoknya.
“Love you too ” jawabku dengan senang.
(sent by 15/05/2015 10:05:24)
“Faisal sedang apa? Kamu tau ga?”
Ku tunggu beberapa menit, tiada yang menjawab pesanku. Sial. Aku sangat merindukannya, terlebih kita sama sekali tidak pernah bertemu.
“Jawab dong, please ”
Ku kirim pesan lagi kepada teman dekat Faisal. Tersiksa sekali seperti ini. Setelah ku tunggu, masih saja tidak ada jawaban. Semoga dia masih ingat denganku, begitu pikirku.
Rumahku dengan rumah Faisal tidak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar 3 kilometer. Tapi, tidak mungkin aku mendatanginya, itu hal yang sangat tidak pantas untuk seorang perempuan. Sekolah? Sekolah kita terpisah. Sekolahnya sama, tapi laki-laki dan perempuan sangat dijauhkan di sekolahku. Lebih tepatnya di sebut ‘Madratsah’. Berangkat dan pulang sekolah kita jalannya berbeda. Terkadang ia melewati jalan pulangku supaya bertemu denganku, tak jarang juga ia melewati jalanku tetapi tidak bertemu denganku.
Tiba-tiba ponselku bergetar. Segera ku sambar ponselku lalu ku buka pesan itu. Yes! Dari teman dekatnya Faisal.
“Maaf, Jo. Hari ini aku sibuk sampai tidak kasih kabar ke kamu. Aku coba cari uang untuk beli hp lagi. Doain yah ”
Senang sekali aku membaca pesan dari Faisal.
“Eh, iya ga pa-pa. Aku selalu doain kamu kok. Makasih udah kabarin aku. Miss you ” Jawabku dengan senang hati.
Ia memang bukan dari keluarga yang mampu. Tapi ia mampu untuk memperjuangkan hidupnya. Ia orang yang sangat kuat, sabar dan tabah. Itu yang membuatku tidak ingin meninggalkannya dalam keadaan apapun.
“Makasih ya beberapa hari lagi aku mungkin udah punya hp lagi, tungguin ya. Jangan nakal!” jawabnya sekali lagi membuatku sangat senang dan membuatku semakin merindukannya.
“Iyaa. Janji aku ga nakal ” jawabku singkat.
“Kamu kangen aku ya?” jawabnya lagi. Itu membuatku meneteskan air mata, ternyata dia mengerti kalau aku sangat merindukannya.
“Iya, pengen ketemu sama kamu!”
“Sabar, ya. Aku mau cari uang dulu. Kalau aku udah ga sibuk nanti kita ketemu. Jangan khawatir, pasti ada waktu buat kamu. Udah dulu ya, bye.. love you” balasnya. Mungkin ia juga sangat merindukanku tetapi tidak ada waktu yang tepat untuk menemuiku. Aku sering marah-marah dan ngambek kalau dia tidak mau bertemu denganku. Sekarang aku mencoba mengerti dan mendukung perjuangannya untuk tetap bersama denganku. Entah apa, kita seolah tidak pernah di takdirkan untuk berpisah, sekalipun mencoba memisahkan diri, tetap kembali dan tidak akan bisa pokoknya.
“Love you too ” jawabku dengan senang.
(sent by 15/05/2015 10:05:24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)