Selamat datang di Kumpulan Cerpen Remaja dan Anak! Silahkan mengunjungi satu per satu cerpen dari para penulis kami!
Bisa mulai ditelusuri dari Authors yang berisi profil kami, kemudian Become Author untuk mengirim karya atau pun menjadi penulis tetap. Melanjutkan atau malah langsung menuju Daftar Cerpen yang berisi cerpen terposting di blog lama maupun baru pun oke. Ada yang kurang? Tanyakan di Information. Berkelana sesuka hati saja, deh! Welcome!
Welcome to KCRdA weblog | take parcitipate with us | read stories | comment | send stories

Kamis, 23 April 2015

MiNe - Cerpen Remaja

MiNe
Karya Andra Andita

Karena cinta tidak bisa memilih ke mana dia akan jatuh.


"Dan berjalan bersisian namun sama-sama diam adalah sesial-sialnya jatuh cinta." - Anonim

* * *

"Leneeeeeee!!"


Helene berhenti berjalan dan membalikkan tubuhnya mencari orang yang memanggilnya. Di ujung sana terlihat Mike berlari-lari dengan heboh sambil mengacung-acungkan selembar kertas.

"Gue diterima.. hosh hosh.. beasiswa itu.. hosh hosh.. yang di Jepang.. hosh hosh.." Ujar Mike ngos-ngosan setelah sampai di depan Helene.

"Wowowo selow Mike. Nafas dulu. Tarik nafas. Tahan. Hembuskan. Tarik nafas. Tahan. Hembuskan." Helene memberi aba-aba pada Mike yang kelihatan susah bernafas. Melihat muka Mike yang lucu, Helene tertawa keras.

"Dih apaan sih lo. Emang lo pikir gue ibu hamil, pake latian napas segala?" Gerutu Mike kesal, "ada juga elu yang begitu abis gue hamilin." Tambah Mike pelan.

Helene yang tidak mendengar kalimat terakhir Mike masih saja tertawa. Malah tawa Helene semakin keras. "Hahahaha iya iya sori. Abis muka lo lucu banget sih." Ujar Helene berusaha menghentikan tawanya. "Coba ulang dari awal. Gue nggak jelas tadi dengernya."

Mike agak lega Helene tidak mendengar kalimatnya tadi.

"Hiiih. Elu inget kan beasiswa S2 yang ke Jepang itu?" Tanya Mike.

"Inget. Trus kenapa?" Tanya Helene bingung. "Tunggu tunggu. Jangan bilang kalo lo keterima!" Pekik Helene.

Mike hanya tersenyum dan menyodorkan kertas yang dibawanya. "Liat nih suratnya."

Helene menyambar kertas itu dan membacanya berulangkali sambil geleng-geleng kepala. "Wow. Amazing!" Seru Helene.

"Keren kan?"

"Ih sumpah ini keren banget banget banget! Selamat ya Mike."

"Iya. Makasih Lene. Ya ampun gue hepi bangeeeettt." Ujar Mike.

"Iyalah hepi. Ciee yang mau ketemu Miyabi. Hahahahaha. Kapan berangkat nih?" Tanya Helene heboh.

"2 minggu lagi berangkatnya. Idih Miyabi? Ngapain? Kan gue udah fix sama satu cewek. Hehe."

Senyum Helene pun memudar. Mukanya berubah bete. "Lo mah curang Mike. Lo nggak pernah mau cerita sama gue tentang cewek lo itu. Padahal giliran gue aja lo kepoin mulu." Cibir Helene.

"Hahahaha kepo banget seh nek. Ntar deh sebelum gue berangkat, gue mau janjian sama dia. Nah, elu liatin aja ya dari jauh. Jangan deket-deket. Ntar acara kencan gue ancur. Hahahaha. Gimana? Mau nggak?" Tawar Mike.

"Mau! Ntar kalo mau ketemu, lo sms gue ya." Kata Helene.

"Oke."

* * *

13 hari kemudian..

Helene berbaring di ranjangnya. Berbagai pikiran berkecamuk di otaknya. Malam ini dia akan bertemu dengan saingannya. Ya. Gadis yang bisa mendapatkan hati Mike itu.

"Triiiing"

Bunyi sms masuk mengagetkan Helene yang masih tenggelam dalam lamunannya. Ternyata sms dari Mike.

"Lene, jam 7 di taman. Bangku biasa ya."

Helene membalas "OK." dan segera bersiap-siap dan berjalan menuju taman. Sesampainya di taman, Helene segera mencari pohon yang strategis untuk bersembunyi. Dari kejauhan dia melihat Mike berjalan dengan seorang gadis cantik. Mereka lalu duduk di bangku dekat pohon tempat Helene bersembunyi.

"Fre, aku mau ngomong sesuatu.." Mike membuka percakaan mereka.

Gadis itu memandang Mike dengan bingung. "Mau ngomong apa sih? Kok serius banget? Kamu mau mutusin aku??" Tanyanya panik.

"Shh.. Apaan sih ngomongnya gitu? Ya enggaklah sayang." Mike mengenggam tangan gadis itu untuk menenangkan. "Aku dapet beasiswa ke Jepang. Besok berangkat.." Lanjut Mike.

"Jadi.. Kamu mau ninggalin aku? Kita LDRan?? Gitu? Mending kita putus daripada LDRan!" Seru gadis itu dan berlari meninggalkan Mike.

"Fre! Freya! Tunggu!" Mike terkejut dan segera berlari mengejar gadis itu. Meninggalkan Helene yang masih terpaku di tempatnya. Hatinya serasa ditusuk saat Mike memanggil Freya dengan sebutan "sayang".

Helene memandangi Mike dan Freya yang masih berkejaran sampai mereka menghilang. Setelah itu Helene berjalan pulang dengan perasaan kacau. Tahu rasa sakitnya seperti ini, lebih baik dia tidak mengiyakan tawaran Mike tempo hari.

Saat tiba di rumah, yang membukakan pintu adalah kakak laki-laki Helene, Adi. Helene kaget. Karena biasanya Mas nya ini pulang malam.

"Eh tumben udah pulang Mas." Sapa Helene.

"Mas lagi nggak lembur Lene." Jawab Adi.

"Oh gitu. Mas, aku ke kamar dulu ya. Kepalaku pusing. Kalo ada yang dateng bilang aja aku udah tidur." Pesan Helene kepada Adi sambil berjalan ke kamarnya.

Adi yang melihat wajah adiknya kusut sudah ingin bertanya. Tapi urung dilakukannya. Mungkin Helene ingin sendiri. Begitu pikirnya.

* * *

Mike dan Freya duduk mengobrol di teras rumah Mike.

"Makasih banyak ya Fre. Lo mau akting kayak gitu tadi di depan Helene. Keren banget! Lo emang sepupu gue yang paliiiiinnggg baik." Ujar Mike.

"Iya sama-sama. Tapi lo utang cerita ya sama gue tentang cewek itu. Siapa namanya tadi? Helene? Ciyeee." Goda Freya.

"Dih apaan sih lo norak banget." Wajah Mike merona, "Iya namanya Helene."

"Duileh segala ngatain gue norak. Hahahaha. Kenapa nggak langsung lo tembak aja sih? Nggak ngerti gue jalan pikiran lo Mike."

"Hmm.. Soal langsung tembak tuh udah gue pikirin sebenernya. Tapi gue takut. Gimana kalo perasaan dan pernyataan cinta gue malah jadi boomerang buat gue?" Balas Mike.

"Maksud lo?" Freya mengernyit bingung.

"Yah maksud gue. Gue takut apa yang gue punya sama dia selama ini itu hancur. Rusak. Lalu akhirnya gue sama dia malah kayak orang asing.." Jelas Mike

"Hmm.. Iya juga sih. Ada benernya. Yaudah mending lo sms deh dia sekarang. Pasti udah sampe rumah." Kata Freya.

"Ohoho tenang aja. Gue punya rencana bagus. Lo liat aja ntar." Ucap Mike sok misterius.

* * *

Helene memandangi langit-langit kamarnya. Masih teringat jelas di ingatannya saat Mike menggengam tangan kekasihnya. Rasanya Helene ingin sekali mencakar-cakar wajah gadis itu.

"Triiiing"

Tiba-tiba handphone Helene berbunyi. Dengan malas Helene meraih handphone tersebut. 1 sms baru dari Mike.

"Lene? Lo blm tidur kan? Gw ud di dpn rmh lo skrg. Mau ngomong penting."

Hih. Paling-paling juga cerita dia putus sama ceweknya. Nggak tau apa gue sakit hati liat dia sama cewek lain. Batin Helene kesal. Helene pun memutuskan untuk tidak membalas sms Mike.

Mike yang berada di depan pintu rumah Helene mengerling ke jendela kamar Helene yang menghadap ke jalan. Lampunya masih nyala. Nggak mungkin Helene udah tidur. Kan Helene nggak bisa tidur kalo lampunya masih nyala. Tapi kok Helene nggak bales sms ya? Pikir Mike heran

Mike pun memutuskan untuk mengetuk pintu rumah Helene.

"Tok Tok Tok.."

"Iya sebentar." Terdengar suara laki-laki dan langkah kaki yang mendekat dari dalam rumah.

"Cklek."

"Lho? Mike?" Tegur Adi.

"Eh, Mas Adi. Tumben jam segini udah pulang." Sapa Mike.

"Iya. Mas nggak ada lembur. Jadinya bisa pulang cepet. Kamu ngapain malem-malem ke mari? Nyariin Helene?" Tanya Adi.

"Hehe. Iya aku nyariin Helene. Helenenya ada Mas?"

"Helenenya udah tidur. Katanya tadi kepalanya pusing. Mungkin ada masalah atau apa. Mas nggak tau juga. Tadi pulang mukanya udah kusut trus bilang pusing. Ya Mas diemin aja. Kamu tau sendiri Helene nggak bisa dipaksa cerita. Kalo dia siap, pasti dia cerita." Ujar Adi.

"Oh gitu. Ya udah deh Mas. Aku boleh titip sesuatu nggak?" Tanya Mike.

"Mau titip apa?" Tanya Adi penasaran.

"Ini surat sama album foto. Tolong bilangin Helene ya Mas." Ujar Mike sambil menyerahkan bungkusan yang dibawanya.

"Hahahaha ada-ada aja kamu. Pake segala surat-suratan. Kayak mau pergi jauh aja." Kata Adi menerima bungkusan itu sambil tertawa.

"Lho? Helene belum bilang ya Mas? Aku kan besok memang mau ke Jepang. Ngelanjutin S2. Dapet beasiswa Mas." Kata Mike.

"Wah! Helene belum bilang tuh. Selamat ya Mike!" Kata Adi.

"Iya Mas. Makasih. Aku pulang dulu ya Mas. Mau siap-siap buat besok." Pamit Mike.

"Oke Mike. Sukses selalu ya." Ucap Adi.

"Sip Mas." Jawab Mike.

Mike pun berjalan pulang ke rumahnya. Sepeninggal Mike, Adi menutup pintu rumah dan mengernyit menatap bungkusan di tangannya. Dia lalu berjalan ke kamar Helene. Dan mengetuk pintunya.

"Tok Tok Tok."

"Lene, ini Mas."

"Masuk aja Mas. Nggak dikunci." Jawab Helene.

Adi pun masuk ke kamar Helene dan mendapati adiknya sedang menangis. Dia lalu mendekati Helene dan duduk di samping tempat tidurnya.

"Aduh adik Mas yang cantik ini kenapa nangis?" Tegur Adi.

Helene menatap kakaknya. "Cinta itu apa harus sesakit ini ya Mas? Cemburu itu ternyata menguras air mata ya?"

Adi menghela nafas berat. Ternyata adiknya ini sedang patah hati. Adi mengelus kepala Helene dengan sayang.

"Hmm.. Tergantung sebetulnya." Ucap Adi.

"Tergantung? Tergantung apa?" Tanya Helene penasaran.

"Ya tergantung hati kamu menyikapi itu. Cinta akan menjadi menyakitkan saat keadaan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan." Ujar Adi bijak, "Tentang cemburu, berarti kamu nggak rela liat dia sama orang lain. Yang artinya juga, kamu terlanjur sayang dan pengen memiliki. Bener nggak?" Goda Adi sambil menaik-naikkan alisnya.

Helene yang awalnya serius mendengarkan jadi ngambek karena digoda oleh Adi. "Iiih apaan sih Mas? Godain mulu. Udah tau adeknya lagi broken heart, eh sengaja ngeledekin." cemberut Helene.

"Hahahahaha biar nggak sedih Lene." Adi tertawa sambil mengacak rambut Helene. "Eh, Mike tadi ke sini. Trus dia ngasih ini." Adi menyodorkan bungkusan dari Mike itu.

"Eh?" Helene menerima bungkusan dengan bingung.

"Udah, kamu buka aja. Mas tinggal ya. Mas tau kok kamu butuh privasi." Kata Adi beranjak pergi menuju pintu. Sebelum menutup pintu Helene, Adi berbalik,

"Kalo sayang, bilang. Jangan sampe kamu nyesel saat dianya udah jauh." Nasihat Adi dan keluar dari kamar Helene.

Setelah Adi keluar, Helene pun membuka bungkusan tersebut. Ada sebuah amplop tertutup dan sebuah album foto. Di amplop tersebut ada tulisannya:

Bukalah amplop ini sesudah kamu buka album fotonya.

Mike

Helene pun mengernyit bingung. Tapi dilakukannya juga sesuai instruksi Mike. Dibukanya album itu perlahan. Album tersebut ada 3 bagian. Helene membuka bagian pertama. Ternyata isinya adalah foto-foto mereka berdua.
Saat di kantin, di mall, di kampus, di kelas, bahkan saat mereka bolos mata kuliah bareng dan malah nonton film horor. Setiap foto ada judul dan tangggalnya sendiri. Helene tersenyum melihat foto-foto itu. Lalu dibukanya bagian kedua.

Isinya ternyata foto keluarga Mike. Dari foto Mike kecil sampai besar. Bahkan ada foto Mike dengan keluarga besarnya. Lalu fokus Helene terkonsentrasi pada satu foto. Foto itu ada tulisannya: "Me and My Beloved Cousins". Di situ ada foto Mike dan para sepupunya. Helene memang tidak mengenal mereka, tapi Helene kenal dengan satu gadis di foto itu. Dan sesudahnya ada foto Mike berdua dengan gadis itu. Foto itu juga ada tulisannya: "Me and My Crazy Cousin, Freya".

Freya sepupu Mike? Lelucon apa lagi ini? Batin Helene. Helene yang kebingungan lalu membuka bagian terakhir dari album tersebut. Dan Helene sangat kaget.

Isinya adalah foto Helene dalam berbagai pose. Baik fokus kamera maupun tidak fokus kamera. Bahkan ada foto Helene yang tertidur di kelas! Lalu Helene teringat, Mike pernah memfotonya dan saat fotonya Helene minta, Mike bilang memory cardnya hilang. Jadi rupanya Mike bohong soal memory card hilang. Dan di atas foto-foto Helene, selalu ada tulisan "My Love, My Precious. The One and Only Helene Larissa".

"TRAAAKK". Helene menjatuhkan album foto tersebut ke lantai saking kaget dan syok dengan apa yang dilihatnya barusan. Dengan gemetar, diambilnya album itu dan diletakkan di sampingnya. Helene lalu membuka surat dari Mike. Dibacanya surat itu.

Dear Helene,

Kalo kamu baca surat ini, artinya kamu nggak mau ngomong sama aku. Padahal sebenernya aku lebih suka ngomong langsung daripada lewat surat begini. Yah sudahlah. Aku pengen kamu bener2 baca dan pahami apa yang aku tulis. Karena apa yang akan aku omongin nanti itu penting. Buat aku.

Helene, makasih banyak karena kamu udah nemenin hari-hari ku dan mengubahnya jadi lebih indah. Gombal? Nggak sama sekali. Aku serius.

Perasaan ini bikin aku gila. Tiap kali kamu cerita tentang orang lain di depanku, aku sakit, Lene. Sakit banget. Dan bodohnya aku, aku nggak mencoba mempertahankanmu dan malah membiarkanmu bersama mereka. Kenapa? Karena aku bahkan terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku. Ada banyak ketakutan yang pada akhirnya membuatku memutuskan menyimpan perasaanku sendiri.

Makanya aku pura-pura punya pacar. Dan waktu kamu bilang mau ketemu sama pacarku, aku bingung banget. Jadinya aku minta tolong Freya, sepupuku buat jadi pacar pura-puraku. Aku tau itu norak banget. Tapi aku bener-bener kehabisan akal. 

Entahlah. Aku nggak tau cara yang lebih baik untuk menyampaikannya. Jadi, Helene Larissa, aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Dan apapun keputusan yang kamu ambil; Mencintaiku dan menungguku atau malah menjauhiku, aku siap. Karena sejujurnya aku berani mengungkapkannya karena aku besok sudah akan pergi ke Jepang. Jadi jika keputusanmu untuk menjauhi, setidaknya aku tidak ada di sini untuk melihat bagaimana kamu menjauhiku. Pengecut ya? Memang. Aku hanya orang bodoh yang teramat mencintaimu sehingga takut kehilanganmu. 

Yah sepertinya aku udah cukup panjang nulisnya. Kalo kamu menerima aku dan mau menunggu 2 tahun, please, datanglah besok ke bandara. Aku take off jam 3. Kalo nggak, yah mungkin ini akan jadi perpisahan kita.

Selamat malam Lene. Tidur nyenyak ya.

Orang bodoh yang mencintaimu,

Michael Wijaya

Helene membaca surat tersebut berulang-ulang. Air mata menetes dari kedua matanya. "Bodoh! Bodoh! Mike Bodoh! Tau nggak sih kamu aku juga sayang kamu." jerit Helene.

"Triiiing"

Suara handphone Helene mengagetkannya. Helene meraih handphonenya. Mike sms lagi? Mau apa? Batin Helene. Dengan cepat dibacanya sms dari Mike.

"Hei Lene, aku yakin kamu blm tdr. Hehe. Omonganku jangan terlalu dipikirin ya, sayang. Cepet tdr. I love you."

"Sinting!" desis Helene.

Sejujurnya dia bahagia sekaligus malu. Bahagia karena cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Dan malu karena sempat cemburu dengan sepupu Mike sendiri. Akhirnya malam itu dengan senyuman, Helene pun bisa tertidur pulas.

* * *

Mike terbangun dari tidurnya. Ia meraih handphonenya dan menatap layarnya. Tak ada sms balasan dari Helene. Hal yang ditakutkan Mike pun terjadi. Helene menjauh. Mike tidak putus asa. Sekali lagi dia mencoba sms Helene.

"Morning sunshine, gimana tidurnya?"

Semenit, dua menit, lima menit, setengah jam, satu jam, tak ada tanda-tanda balasan sms dari Helene. Mike pun memutuskan untuk berhenti mencoba dan bersiap-siap.

Jam 10 Mike sudah berangkat. Entah kenapa rasanya perjalanan ini sangat lama. Mike jadi tidak rela meninggalkan Indonesia. Meninggalkan separuh hatinya di sini.

Akhirnya jam 12 dia sudah ada di terminal D2. Saat akan masuk terminal, tiba-tiba,

"Drrttt"

Handphonenya bergetar. Dengan cepat Mike mengeluarkan handphonenya dari saku. Dilihatnya layar handphonenya. 1 sms dari Helene. Dibacanya sms itu.

"Dimana?"

Dengan cepat, dibalasnya sms dari Helene itu. "Aku di terminal D2. Aku tunggu ya :)". Mike mengetik sambil tersenyum-senyum. Freya mengernyit melihat kelakuan sepupunya.

"Heh gelo, ngapain senyam-senyum sendiri? Lo nggak kesambet setan bandara kan?" Tegur Freya.

"Sembarangan lo! Gue lagi hepi tau!" Omel Mike, "Helene bales sms gue akhirnya! Yeyeye lalala." Mike joged-joged kegirangan. Tidak peduli ada banyak orang yang memperhatikan tingkah konyolnya.

"Malu gue Mike punya sepupu alay markolay kayak elo. Hih." Desis Freya sambil meninggalkan Mike yang masih kegirangan.

"Biarin! Wek!" Kata Mike sambil meleletkan lidahnya pada Freya.

* * *

Helene turun dari mobil Adi dengan tergesa-gesa.

"Kalo kangen-kangenannya udahan, telpon Mas ya Lene!" Teriak Adi.

"Iya!" Balas Helene.

Helene berlari ke dalam terminal D2 mencari-cari sosok Mike. Karena terburu-buru, secara tak sengaja Helene menabrak seseorang.

"Eh maaf saya nggak sengaja." Ucap Helene.

Saat itulah orang tersebut berbalik menatap Helene. Helene kaget melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.

"Freya?? Kamu Freya kan? Sepupunya Mike?" Tanya Helene.

"Iya. Aku Freya sepupunya Mike. Kamu pasti yang namanya Helene." Freya tersenyum kepada Helene, "Nyariin Mike kan? Yuk! Mike udah nungguin kamu dari tadi." Freya menarik tangan Helene.

Helene hanya bisa membiarkan tangannya ditarik Freya dan mengikutinya. Freya lalu membuka percakapan.

"Lene, aku minta maaf ya udah pura-pura jadi pacarnya Mike. Yah gimana pun, dia itu sepupuku. Dan aku setuju bantu dia karena kamu."

"Aku?"

"Iya. Aku kan juga cewek. Jadi aku ngerti perasaan kamu. Dan aku juga ngerti perasaan Mike. Aku ngerti betapa sulitnya mengakui perasaan cinta pada sahabat sendiri. Belum lagi resiko yang harus dihadapi nantinya." Jelas Freya, "Dia lebih memilih memanfaatkan sepupunya buat dijadiin pacar boongannya daripada ngaku single di depan kamu. Karena dia tau, kamu nggak tenang kalo dia nggak punya pacar. Jadi menurut dia, kamu akan lebih tenang kalo dia udah punya pacar. Yah, kalo menurut aku sih pemikiran dia itu bodoh. Dan pemikiran bodoh itu yang bikin dia end up kayak gini. Sekarang kamu ngerti kan alasannya?" Tanya Freya.

Helene mencerna kalimat-kalimat yang dilontarkan Freya dan mengangguk perlahan. "Iya. Ngerti sih.."

Freya tersenyum, "Eh, tau nggak, dia seneng banget waktu kamu bales sms dia. Sampe jejingkrakan jadi tontonan orang lho." Kata Freya.

"Oh ya?"

"Iya. Emang cinta bisa bikin orang jadi tambah alay ya hahahahahaha." Tawa Freya, "Oh ya Lene, aku minta sesuatu boleh?" Suara Freya jadi serius.

"Minta apa?" Tanya Helene.

"Jagain Mike. Jaga hatinya. Dia sayang banget sama kamu. Cuma dia nggak bisa ngungkapin perasaannya secara utuh. Bantu dia. Bisa? Karena cuma kamu satu-satunya cewek yang dia cintai secara serius." Pinta Freya.

Wajah Helene merona mendengar ucapan Freya. Untuk sesaat Helene terdiam.

Freya menghela nafas, "Aku nggak maksa kok. Aku seneng bisa kenal kamu sebagai temen. Apalagi kalo bisa jadi sepupu ipar." Goda Freya, "Tuh Mike duduk di situ nungguin kamu. Aku tunggu di sini aja ya." Tambahnya.

"Iya. Makasih ya Fre. Aku juga seneng kok bisa kenal sama kamu." Balas Helene, "Aku ke situ dulu ya." Pamitnya.

"Oke."

Helene berjalan menghampiri sosok laki-laki yang duduk membelakanginya dengan tanpa suara. Dia lalu berhenti tepat di belakang laki-laki itu. Helene menghirup aroma parfum yang dikenalnya. Aroma Mike.

Perlahan Helene membungkuk dan mengalungkan lengannya di sekitar leher Mike. Memeluknya dari belakang.

Mike kaget ketika ada sepasang tangan memeluknya erat. Mike menoleh dan mendapati dirinya sedang menatap wajah gadis yang dirindukannya.

"Helene?" Ucapnya tak percaya.

Helene melepas rangkulannya dan duduk di samping Mike. Tatapannya berubah datar.

"Lene?" Panggil Mike pelan. Diraihnya tangan Helene. Tapi Helene melepaskan genggaman Mike. Mike putus asa dan menundukkan kepalanya.

"Nggak usah kegeeran. Aku cuma pengen nganterin kamu." Mike segera mengangkat kepalanya mendengar ucapan Helene. Helene masih menatap ke depan.

"Iya. Aku tau kamu pengen aku cepet-cepet pergi kan? Kamu benci kan sama aku karena aku cinta kamu?" Tanya Mike. Suaranya kini bergetar. Emosinya terpancing. Sementara Helene masih menatap ke depan dengan tenang.

"Aku nggak pernah ngusir kamu. Kamu yang pengen pergi kan? Aku rasa ada alasan lain selain beasiswa yang bikin kamu pengen cepet-cepet pergi. Bilang aja kamu pengen menjauh dari aku." tembak Helene.

"Ya. Kamu bener. Karena kamu nggak pernah menginginkan aku lebih dari temen. Dan aku memilih pergi daripada ngeliat kamu bareng orang lain. Karena buat aku, akulah yang terbaik buat kamu. Dan aku nggak akan sanggup kalo harus ngeliat kamu sama orang lain. Paham?" Suara Mike penuh emosi.

"Jahat!" Desis Helene.

"Jahat?" Mike tidak percaya kata "jahat" keluar dari mulut Helene.

"Iya kamu jahat banget Mike. Kenapa nggak dari dulu sih ngomongnya? Kenapa justru di saat kamu bakal ninggalin aku? Kamu egois! Kamu nggak mikirin perasaan aku? Enak banget cuma nulis surat trus ngasih album foto. Nggak peka banget sih!" Helene menoleh ke arah Mike, "Selama ini aku cerita tentang cowok lain tuh biar kamu peka. Aku pengen tau seberapa penting sih aku buat kamu. Tapi ternyata nggak penting kan. Kamu nggak pernah memperjuangkan aku. Kamu nggak pernah menginginkan aku. Padahal aku? Aku selalu menginginkan kamu lebih dari temen!" Helene pun terisak akhirnya, "Hiks.. Trus kalo udah gini hiks.. Enak banget hiks.. ninggalin aku.."

Mike kaget mendengar ucapan Helene. Lalu dia pun meraih Helene ke dalam pelukannya. Memeluk gadisnya erat.

"Shh.. Sayang. Jangan nangis. Maafin aku." Bisik Mike, "Mungkin aku terlalu sibuk dengan ketakutanku sampe aku nggak peka ke kamu." Tambahnya.

"Iya aku tau. Aku emang bodoh ya Mike. Tapi kamu lebih bodoh lagi. Kita sama-sama bodoh." Balas Helene menatap Mike.

"Tapi saling cinta, kan?" Goda Mike. Helene lalu sadar akan kondisi mereka.

"Idiiih! Kamu ngapain sih peluk-peluk! Genit dih." Helene buru-buru mendorong Mike, merenggangkan pelukan mereka.

"Lho kok?"

"Ya apaan sih? Enak aja main peluk-peluk. Ngomong cinta aja nggak pernah. Cuma nulis surat doang. Semua juga bisa kali." Pancing Helene.

Mike menatap Helene dengan tatapan "Serius lo?". Mike lalu meraih lengan Helene untuk dikalungkan ke lehernya dan merapatkan tubuh mereka. Didekatkannya wajahnya pada wajah Helene.

"Kamu mau aku bilang apa hmm, sayang?" Bisik Mike. Dikecupnya kening Helene lembut. Rasanya seluruh tubuhnya bergetar saat dia melakukan itu. Helene hanya diam meresapi kedekatan mereka.

"Aku cinta kamu, Lene." Bisiknya lagi.

Helene mengeratkan pelukannya dan balas berbisik di telinga Mike, "Aku juga cinta kamu, Mike."

Mike merenggangkan pelukan mereka, menatap wajah Helene yang mulai merona. Lalu Helene melanjutkan,

"Tapi sekarang kamu harus pergi ninggalin aku.."

"Kalo emang kamu butuh aku, aku nggak akan pergi." Kata Mike mantap.

"Eh, jangan. Itu kan cita-cita kamu. Aku emang butuh kamu. Tapi aku nggak mau kamu ngorbanin masa depan kamu cuma buat keegoisan aku." Kata Helene.

"Hei, kamu itu masa depan ku. Buat apa aku ke Jepang dan sukses kalo nggak punya istri?" Goda Mike.

"Gombal ih. Pergi aja deh sana. Kuliah yang bener. Biar bisa jadi kepala keluarga yang baik."

"Ih ciyeee so sweet banget. Kamu ya yang jadi ibu rumah tangganya. Mau kan, sayang?" Tanya Mike sambil menarik Helene berdiri.

Belum sempat Helene bertanya, Mike sudah berlutut di depan Helene dan mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. Kotak yang setahu Helene digunakan untuk menyimpan earplug. Helene lebih kaget ketika Mike membukanya dan mengeluarkan cincin perak indah dari dalamnya.

Kotak itu lalu dimasukkan kembali ke sakunya. Tangan kanan Mike memegang cincin itu dan tangan kiri Mike lalu meraih tangan Helene.

"Aku emang akan pergi. Tapi aku nggak akan ngebiarin kamu tanpa status. Jadi maukah kamu, Helene Larissa, wanita yang amat kucintai menerima aku serta sudi menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku kelak?"

Adegan itu ternyata ditonton orang-orang di bandara. Mereka berteriak, "Mau! Mau! Mau!"

Helene menangis lagi. Ditariknya Mike berdiri dan dipeluknya erat. "Aku mau." Bisiknya.

Mike melepaskan pelukannya untuk menyelipkan cincin itu di jari Helene. Setelah itu Mike memeluk Helene lagi. Orang-orang di bandara bertepuk tangan dengan heboh.

"Makasih." Bisik Mike. Mike menghapus airmata Helene dengan lembut.

Lalu Helene menatap Mike, "Iya. Tapi awas ya kalo di sana selingkuh!" Ancam Helene.

Mike tergelak mendengar ancaman Helene. "Hahahaha ya enggaklah sayang. Kan aku udah bilang. Aku udah fix sama satu orang. Dan orang itu kamu." Ucap Mike.

"Bener ya? I'm yours and you're mine." Bisik Helene.

"Ya. I'm yours and you're mine. Forever." Bisik Mike lalu mengakhirinya dengan mencium bibir Helene lembut.

* * *

Cinta itu memang aneh. Seperti takdir. Jika kamu adalah takdirnya, sejauh apapun kalian menjauh, pasti akan saling menemukan. Dan jika kamu bukanlah takdirnya, seperti apapun kamu berusaha mendekat, tidak akan pernah menyatu.

Berbahagialah mereka yang bisa berjalan bersisian bersama takdirnya.

-END-


Profil dan Lainnya
Alexandramahandita.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)