Akhir Dari Kisahku
Karya Syamsul Bahri
Cerita komik itu sangat seru, bahkan latar beserta tokoh-tokohnya membawaku kedalam alur cerita itu dan merasakan kejadian-kejadiannya. Itu yang membuatku sering tertarik membaca komik itu.
Apalagi aku dan teman-temanku akan menonton film yang akan tayang nanti malam. Inilah yang menjadi sebuah tantangan bagiku. Mungkin kalian bertanya-tanya film apa yang mempunyai tantangan? Untuk menjawabnya, baca semuanya dan Anda akan tahu film apa itu?
Memang, ini hanyalah sebuah hiburan semata, tapi tidak bagi kami. Ini adalah sebuah tantangan. Tantangannya yaitu siapa yang kelihatan takut, maka dia akan disuruh melakukan apa saja yang menyangkut masalah hantu. Ya, mungkin teman-teman sudah paham. Film ini tentang hantu (HOROR).
Tantangan ini sering kami lakukan, bahkan semua sahabatku sudah mendapat gilirannya kecuali aku tentunya. Ya, menurut aku sih, kenapa harus takut, biasanya film itu dibuat-buat, hantu juga makhluk ALLAH SWT. sama seperti kita manusia jadi kenapa harus takut!!!.
Namaku Putri. Aku memang menyukai yang berbau mistis apalagi horor.
Malamnya sebelum makan malam dirumahku, para sahabatku telah datang kerumah. Mereka adalah Dion, Siti, dan Alex. Mereka sudah dikenal oleh orangtuaku, jadi mereka tidak perlu canggung datang kerumah. Memang sudah menjadi kebiasaan kami jika menonton film horor, pasti dirumahku. Karna khusus dikamarku terdapat sebuah TV besar yang memang aku suruh pasang oleh ke dua orangtuaku. Dan dikamarku juga sangat luas dan jauh dari kamar orangtuaku sehingga suara dari kamarku tidak terdengar dari kamar orangtuaku.
Aku memang anak orang kaya, tetapi aku tidak sombong akan kekayaanku, bahkan teman-temanku ada dari kalangan bawah, tetapi aku masih tetap berteman dengannya.
"Eh eh, filmnya mau dimulai?" panggilku. Sahabat-sahabatku mulai meninggalkan aktivitas yang dilakukannya dan duduk didepan tv. Pandangan kami tertuju pada sebuah adegan pembantaian hingga darahnya terciprat kemana-mana. Kupandangi wajah sahabatku, tapi tidak ada yang merasa takut. Begitu pula dengan Dion, Siti, dan Alex yang memandangi wajah kami. Dan begitu seterusnya.
Satu jam telah berlalu, tapi tidak ada dari kami yang merasa takut. "Ah, tidak seru kalau begini," kata Dion setelah film horor itu selesai.
"Bagaimana kalau kita buat sebuah permainan," Alex angkat bicara.
"Permainan apa?" tanya Siti.
"Jaelangkung," teriakku sambil berdiri.
"Hah, jelangkung?" bersamaan Dion, Siti, dan Alex.
"Iya, bagaimana menurut kalian, cocokkan untuk malam yang gelap ini." kataku lagi.
"Iya bagus juga. Tapi, siapa yang takut harus disuruh apa saja yah. Tapi, permainan ini bisa memakan korban jiwa." balas Alex.
"Ah, ini kan hanya permainan," kataku.
"Baiklah! Kalian semua setuju kan. Tapi, jika ada yang terluka ditanggung sendiri yah. Oh ya, untuk menyelesaikan permainan ini, kalian harus membakar jelangkung tersebut." kata alex.
"Iya, kami setuju." balas Dion dan Siti.
Malam ini ayah dan ibuku sudah tertidur dikamarnya. Lampu, kami matikan semua. Kami hanya berbekalkan senter kecil untuk menyinari jalan kami.
Sebuah boneka kayu telah ada didepan kami. "Jelangkung Jelangkung Datang Tak Dijemput Pulang Tak Diantar, Jelangkung Jelangkung Datang Tak Dijemput Pulang Tak Diantar, Jelangkung Jelangkung Datang Tak Dijemput Pulang Tak Diantar,".
Tiba-tiba, boneka kayu tersebut bergerak-gerak ditangan kami berempat, lalu terbang melayang pas ditengah-tengah kami. "Lari, sembunyi. Dia akan mencarimu?" kata Alex sambil lari.
Kami semua ambil langkah seribu dan mulai bersembunyi di tempat yang dirasa aman dan tidak ditemukan oleh jelangkung. Aku dan siti bersembunyi didalam lemari pakaianku.
Kulihat dicelah-celah lemari pakaianku ini, Dion sedang dikejar-kejar oleh jelangkung itu. Dari belakang dion tertusuk kayu jelangkung dan jatuh tersungkur dengan darah yang menetes. Jelangkung itupun pergi.
Aku keluar dari lemari itu, kulihat Dion bersimbah darah. Aku menangis meneteskan air mata, aku takut kehilangan sahabatku yang selama ini aku sukai. Aku menangis tersedu-sedu. Aku mulai merasa takut. aku menyesal menyarankan permainan ini. Siti mulai menenangkanku. Siti pun meneteskan air mata.
"Ayo kita pergi dari sini," ajak Siti. "Bagaimana dengan Dion," kataku. "Biarkan saja, nanti kita ditemukan jelangkung itu?". Kami pun meninggalkan Dion sendirian dikamarku.
Dalam perjalanan turun, kulihat alex bersimbah darah. "Alex, maafkan aku. Seharusnya kita tidak bermain jelangkung. Aku menyesal." kataku sambil menangis. "Tidak perlu menyesal, yang penting selesaikan permainan ini, sehingga kalian berdua akan selamat. Cepat, bakar jelangkungnya." kata Alex sebelum meninggal. "Baik aku janji". Dari belakang Siti ditarik oleh jelangkung sambil meminta tolong, "Putri, tolong aku". Kupegang Siti yang telah lunglai dan pingsan dipangkuanku, lalu kukeluarkan sebuah korek dari sakuku kemudian jelangkung itu kubakar.
Cahaya api mulai menyinari apa yang ada disekitar rumahku. Seember air telah ada ditanganku untuk memadamkan api jelangkung itu jika sudah terbakar habis sampai menjadi debu. 15 menit kemudian, jelangkung itu sudah menjadi abu yang beterbangan jika tertiup angin. "Ahhh", legah rasanya. "Tapi bagaimana dengan Alex dan Dion?" pikirku.
Kuberlari melangkahkan kakiku ketempat Alex, tapi tidak ada apapun disitu, kemudian kekamarku untuk melihat Dion, tapi tidak ada apa-apa juga disitu.
Kulangkahkan kakiku memasuki kamar kedua orangtuaku. Mereka terkejut dengan keadaanku yang acak-acakan penuh dengan keringat. Kujelaskan semuanya mulai dari awal kita ingin menonton tv sampai Alex dan Dion terbunuh oleh permainan jelangkung yang telah kami mainkan.
"Putri, sadar nak. Mereka semua itu sudah tidak ada," kata ayah kepadaku.
"Apa maksud ayah. Mereka disini yah, ada dirumah kita. Kami tadi menonton film horor bersama, kemudian memainkan permainan jelangkung, tapi Alex dan Dion meninggal terbunuh oleh jelangkung. Kalau ayah tidak percaya, ayo kita ketempat siti pingsan." ajakku kepada ayah.
"Tadi Siti ada disini yah, dia pingsan disini yah, tepat disini." kataku sambil menunjuk tempat Siti tadi Pingsan.
"Sadar nak, sadaar. Dion, Alex, dan Siti sudah tiada, apa kamu lupa kejadian satu bulan lalu. Kalian mengalami kecelakaan saat mau menonton film jelangkung itu 'kan. Apa kamu lupa itu." penjelasan ayah kepadaku.
Aku mulai meneteskan air mata memikirkan 1 bulan yang lalu, saat kami berempat menuju bioskop dengan mengendarai mobil dan aku yang mengendarainya, tapi dijalan kami mengalami kecelakaan terjatuh dijurang dan hanya aku yang selamat atas kejadian itu.
Aku mulai menangisi kejadian yang kualami tersebut. Tangisanku memuncak ketika kulihat di tv wajah teman-temanku, sahabat-sahabatku sedang dievakuasi.
Kupeluk erat tubuh ayahku dan menangisi semua ini. Rasa sakit ini mulai kurasakan dihatiku ketika kulihat wajah para sahabat-sahabatku.
Dua bulan aku hanya mengurung diri dikamar dan hanya menangisi kejadian itu. "Kenapa aku tidak mati saja bersama kalian. Kenapa aku harus selamat? Mungkin kalian sedang menungguku, sabar kita akan bertemu sebentar lagi!" tangisku sambil memegang pisau yang bermata tajam.
Kugores tanganku... Darah mengalir cepat keluar.
Kesadarankupun mulai redup, mataku mulai tertutup.
Aku dapat melihat mereka bertiga memanggilku. Mereka membawaku pergi bersama, berbahagia didunia yang sama..
Akhir dari kehidupanku kini berakhir sampai disini...
SELAMAT TINGGAL...
Profil dan Lainnya
Nama: Syamsul Bahri
Alamat: Bulukumba, Sulawesi Selatan
Selamat datang di Kumpulan Cerpen Remaja dan Anak! Silahkan mengunjungi satu per satu cerpen dari para penulis kami!
Bisa mulai ditelusuri dari Authors yang berisi profil kami, kemudian Become Author untuk mengirim karya atau pun menjadi penulis tetap. Melanjutkan atau malah langsung menuju Daftar Cerpen yang berisi cerpen terposting di blog lama maupun baru pun oke. Ada yang kurang? Tanyakan di Information. Berkelana sesuka hati saja, deh! Welcome!
Kamis, 23 April 2015
Akhir Dari Kisahku - Cerpen Remaja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ngak nyangka kalau ketiga tmannya udh mninggal. Tapi, kok Putri jg ikutan sih...?!.. Hmm, Kak Syamsul Bahri, aku juga dari BULUKUMBA loh...
BalasHapus