Selamat datang di Kumpulan Cerpen Remaja dan Anak! Silahkan mengunjungi satu per satu cerpen dari para penulis kami!
Bisa mulai ditelusuri dari Authors yang berisi profil kami, kemudian Become Author untuk mengirim karya atau pun menjadi penulis tetap. Melanjutkan atau malah langsung menuju Daftar Cerpen yang berisi cerpen terposting di blog lama maupun baru pun oke. Ada yang kurang? Tanyakan di Information. Berkelana sesuka hati saja, deh! Welcome!
Welcome to KCRdA weblog | take parcitipate with us | read stories | comment | send stories

Kamis, 23 April 2015

Cahaya yang Telah Redup - Cerpen

cahaya yang telah redup
Karya citra chika rachma rachel

           Pada suatu hari, tinggalah 3 orang anak perempuan yang bersahabat sejak lahir. Namanya adalah Salsabilla, Hanifah, Karibat. Jelas mereka adalah sahabat karena merupakan singkatan nama dari mereka bertiga. Mereka bersekolah di SMP Harapan Bangsa kelas 8.
Di hari Minggu itu, mereka datang seperti biasa ke markas yang bertempat di rumah pohon dekat perumahan mereka. Dan disana mereka selalu berbagi cerita tentang kehidupannya.
Namun, beda pada hari itu. Karibat yang dulunya seorang yang ceria kini menjadi orang yang sangat pendiam. Maka dari itu, Salsa memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut kepada Karibat.

"Bat, kamu kenapa kok sekarang berubah sifatnya? Pasti ada yang kamu sembunyikan dari aku dan hanyfah kan?" tanya Salsa. "Enggak kok, Sal. Aku memang seperti ini orang nya. Tolong kali ini aja jangan tanya aku soal itu. Aku takut kalian akan sedih dan menangis." Sahut Ibat. Tak kalah dengan Hanyfah, ia pun dengan cepat berkata "ya Allah Ibat, kita ini sahabat. Gak ada yang di sembunyikan di dalam sebuah persahabatan kita. Ayo dong, cerita sama kita. Please." balas Hany.
"Okee deh aku jujur. Sebenernya, sejak dulu aku terkena penyakit kanker otak. Dan sekarang sudah stadium 3, mungkin sisa hidupku gak akan lama lagi. Kalian jangan sedih ya..." jelas Ibat.
Hany dan Salsa seketika itu langsung tersentak mendengarnya dan menitihkan air mata. Mereka kecewa karena Ibat baru memberitahunya sekarang. "Asal kalian tahu aja, aku sudah mengira bahwa kalian tentu akan sedih bila mendengarnya, maka dari itu aku baru memberitahunya sekarang." tegas Ibat.
"Yaudah aku enggak marah sma kamu, tapi tolong kamu harus semangat menghadapi penyakit ini dan jangan tinggalkan kami. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu yang selalu bisa melukis berjuta kenangan indah di hidupku. Kita bertiga harus selalu bersama sampai ajal yang memisahkan." pinta Salsa dengan raut kesedihan.
Keesokan harinya, Salsa dan Hany pergi ke rumah Ibat untuk mengajaknya bermain dengan tujuan agar Ibat melupakan penyakit yang menimpanya.
Ayo
"Ibat... Ibat.." panggil Salsa dan Hany dari luar rumah yg berwarna ungu. "Ohh... Kalian. Ada apa kok kesini?" tanya Ibat sembari membuka pagarnya. "Kamu mau enggak ikut kita jalan-jalan ke suatu tempat yg belum pernah kamu kunjungi" ajak Hany. "Tempat apa itu?" tanya Ibat. "Sudahlah.. Ayo lekas naik sepedaku." jawab Hany.
Mereka bertiga pun berangkat menuju ke sebuah air terjun dimana letaknya sekitar 3km dari perumahan Ibat.
Sesampainya disana Salsa dan Hany segera memarkirkan sepedanya dan bermain dengan suka ria di lokasi tersebut. Namun ditengah canda tawa mereka, tiba-tiba Ibat tak sadarkan diri di pangkuan Salsa. "Ibatt..." isak Salsa dan Hany serempak.
Mereka segera membawa Ibat ke rumah sakit terdekat dan menelepon orang tuanya. Setelah sampai di rumah sakit, Ibat langsung dirawat di UGD dan akhirnya orang tua Ibat datang. Hany Salsa tidak bisa berhenti menangis karena mereka berdua merasa bersalah atas apa yang telah mereka lakukan.
Salsa dan Hany lekas meminta maaf kepada orang tua Ibat dan menceritakan apa yang terjadi seaungguhnya.
Tak beberapa lama kemudian, dokter keluar ruang UGD dan datang menghampiri kami dan orang tua Ibat. Dokter berkata bahwa kanker yang diderita Ibat sudah sangatlah ganas dan tidak bisa disembuhkan lagi, mungkin sisa hidup Ibat tinggal menghitung hari. Dan dokter bilang bahwa Ibat tengah mengalami koma karena syaraf di seluruh tubuhnya telah dipenuhi oleh sel kanker.
Salsa memandang raut muka orang tua Ibat, mereka berdua sangatlah histeris mendengar penjelasan dari dokter dan segera berlari memasuki ruang UGD. Kami mengerti bahwa orang terdekat adalah keluarga, apalagi orang tua. Kami berdua benar - benar merasa bersalah.
Sambil menuggu giliran menjenguk, Hany mengajak Salsa pergi beribadah sejenak untuk memohon kesembuhan Ibat dan agar kami semua diberi ketabahan dalam menghadapinya. Setelah selesai sholat, kami pergi ke ruang UGD.
Disana terlihat Ibat dengan tubuhnya yang sangat kurus dan wajah yang pucat terbaring lemah di kasur yang disediakan. Kami bergiliran menunggu Ibat sampai 1 minggu 2 hari.
Ketika waktuku yang menjenguk, aku duduk disampingnya dan memegang erat tangan Ibat sembari menangis tiada henti. Tanpa sepengetahuanku, air mataku jatuh membasahi pipi Ibat. Dan mukjizat terjadi seketika padanya, Ibat bangun. Aku langsung berlari keluar untuk memanggil Hany. Orang tua Ibat saat itu sedang membeli makanan. "Hany... Cepat kesini. Ibat sudah sadar" teriakku dengan suaranya yang lantang. Hany segera berlari menuju ke ruang UGD. Kami berdua pun langsung memeluk Ibat.
"Ibat... Akhirnya kamu sadar juga. Kami kesepian bila tidak ada kamu, karena kamu adalah cahaya hidup kami. Tolong, jangan tinggalkan kami. Aku minta maaf karena selama ini aku nggak bisa buat kamu bahagia" tegas Hany dan Salsa. "Iya, aku gak mau ninggalin kalian, tapi aku juga gak bisa merubah takdir yang akan terjadi ke pada ku. Hapuslah air mata kalian jika kalian ingin membuatku bahagia." balas Ibat dengan tersenyum bijak. "Makasih... Selama ini kamu telah menjadi sahabat terbaikku dan Hany" kata Salsa. "Iya, kalau seandainya aku punya permintaan terakhir sebelum kematianku, apakah kalian mau memenuhinya?"rangek Ibat. "tentu, apa itu?" tanyaku dan Hany.
"Tolong kenanglah aku dan jangan pernah melupakanku sampai selamanya. Kalian jangan pernah menangisi kepergianku ini. Dan permintaanku yang terpenting adalah.... Teruskan hidupmu seperti dulu lagi, bangkitlah dari kesedihanmu, kembali warnai duniamu. Aku pun tentu akan bahagia di akhirat nanti. Dan sampaikan ucapan terima kasihku kepada kedua orang tuaku karena telah mendidik dan menyayangiku sepenuh hati. Maaf, aku harus meninggal kan kalian semua. Tolong maafkan aku bila ada kesalahanku yang membekas di hatimu." ucap Ibat dgn air mata yg berlinang dan darah yang keluar dari hidung dan mulutnya.
"Pasti akan kuturuti permintaanmu itu. Makasih, atas kenangan indah yang telah terlukis oleh persahabatan kita bertiga. Aku nggak akan pernah melupakan kamu kawan." balasku. "Iya... Tentu, kamu gk akan pernah bisa tergantikan di posisi ke satu dalam hatiku. Kita akan relakan kepergianmu." ucap Hany.
"Selamat tinggal kawan." akhirnya, Ibat menghembuskan nafas terakhirnya dengan menetekan air mata dan tersenyum. Kami berdua segera menelpon orang tuanya. Kami tidak menangis karena kami sudah berjanji agar tidak menangisi kepergiannya. Walaupun, hati ini yang menangis.
Jenazah Ibat langsung dimandikan dam disholati. Orang tua Ibat tak mau makan, tak mau tidur, tak mau berhenti menangis karena kepergian Ibat. Karena Ibat adalh satu - satunya anak yang mereka punya.
Keesokan harinya, Ibat dimakamkan di dekat rumahmya. Setelah itu kami pulang dan mampir ke markas untuk mengenang Ibat sahabat terbaik kami.
Kami menjalani hari - hari seperti biasa walau tanpa dirinya. Dan kini, cahaya hidupku telah redup. Memang kau tidak ada di dunia, tpi kau akan selalu ada di hatiku untuk selamanya.
SELAMAT TINGGAL WAHAI SAHABATKU.... :'(:-(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)