Karya Dewi Pangestu
Malam ini langit cukup meriah. Dihiasi bulan dan bertabur bintang. Aku hanya duduk diam termenung. Jantungku berdegup seperti orang yang ingin interview. Tapi bukan itu rasaku. Satu yang ku rasakan, resah. By the way namaku Naya. Lusa aku harus berangkat ke Jepang untuk sekolah. Aku mendapatkan beasiswa.Tetapi aku enggan meninggalkan tanah kelahiranku ini. Indonesia. Banyak yang yang ku dapatkan disini.
Pengalaman, teman. Semua mengesankan. Terutama Luna dan Nico. Luna sahabatku, dan.. Nico.. Yaa aku menyukainya.Sebenarnya aku sadar aku tak boleh memiliki rasa ini. Secara, Nico adalah kekasih Luna. Jadi rasanya kurang pantas aku menyukainya. Sejauh ini aku nyaman berada didekatnya. Yaa mungkin karena kami bertiga bersahabat. Dan.. aku menerima beasiswa ini dengan berbagai alasan. Salah satunya untuk menghilangkan perasaan yang 'mungkin' akan menghancurkan persahabatan.
Tok! Tok! Tok!
“Sebentar..” Aku melangkah ke pintu untuk membukanya.
“Oh.. Kakak.” Ternyata Kak Maya, kakakku.
“Sedang apa? Di bawah ada yang mencarimu.” Ujarnya.
“Malam – malam begini siapa yang bertamu?” Tanyaku.
“Temanmu, Luna dan Nico.” Jawab Kak Maya.
“Sudah temui saja mereka. Kakak harus bersiap untuk bertemu clien.” Pintanya seraya berjalan ke kamarnya yang ada disebelah kamarku.
Akupun berjalan cepat menuruni anak tangga, menemui mereka yang tengah meunggu di ruang tamu. Jantungku rasanya berdebar seperti aka nada sesuatu yang akan terjadi. Entahlah mungkn aku hanya gugup akan bertemu Nico.
“Maaf menunggu lama.” Ucapku seraya duduk dan tersenyum pada mereka.
“Tidak masalah, kami baru tiba.” Balas Luna.
“Wajahmu terlihat suntuk, ada apa?” Tanya Nico. Aku tak percaya Nico begitu peka terhadap apa yang aku rasakan. Lagipula aku begini juga karena memikirkannya. Hehehe.
“Tidak… Aku sedikit lelah saja habis mengurus tiket dan paspor hari ini. Ada apa kalian kemari?” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Ooh.. Tidak, kami hanya ingin mengundangmu untuk makan malam bersama besok. Hitung – hitung pelepasan sebelum kau terbang ke Jepang. Hehe.” Luna.
“Tidak perlu repot – repot.” Aku tersenyum.
“Ayolah Naya… Kau akan pergi dan mungkin lama akan kembali. Apa salahnya kita makan malam bertiga..? Ku mohon..” Pinta Nico.
Kali ini aku tak dapat menolak. Terlebih Nico membujukku. Yaa setelah ku fikir ada benarnya juga ajakan mereka ini. Kapan lagi aku bisa makan malam dengan Nico? Meskipun dengan Luna. Setidaknya aku ingin membuat kesan lebih disini.
Malam terasa begitu singkat. Matahari pagi sudah menyapaku saat aku membuka mata. Oh iya, aku tinggal hanya berdua dengan Kakakku di Bandung. Orang tua kami tingga; di Jakarta. Aku mandi dan bersiap untuk sarapan. Saat aku turun dan menuju meja makan. Ku lihat ada Mama dan Papa. Senangnya.
“Selamat pagi anak Papa yang manis.” Sapa Papa. Aku tersenyum.
“Pagi, Pa.” sapaku balik.
“Lihatlah Naya sepertinya bersemangat sekali untuk ke jepang dan meninggalkan Kakak sendiri. Haha.” Gurau Kak Maya.
“Ah biasa saja.. Hehe.”
“Ini dia nasi goreng special untuk anak Mama yang hebat.” Mama datang dengan membawa nasi goreng udang kesukaanku. Selamat makan!
-skip-
“Nay, malam ini Nico dan Luna tidak bisa menjemputmu. Mereka ingin kau sendiri yang datang. Luna menelpon kakak tadi.” Ucap Kak Maya seraya masuk ke kamarku.
“Lalu bagaimana aku bisa kesana?” Tanyaku.
“Di depan rumah kita sudah ada taksi yang dipesan Luna. Cepatlah..” Kak Maya tersenyum.
Sesampainya di café yang dimaksud, aku heran. Kenapa begitu romantis desainnya? Sebelumnya Café ini terlihat biasa saja. Apa aku salah? Setelah aku chek lagi di handphoneku, ternyata memang sesuai. Aku coba masuk perlahan.
“Selamat malam. Betul dengan Naya?” Seorang waitress menyapaku dengan ramah.
“Iya betul..” Jawabku.
“Silahkan ke dalam, sudah ditunggu temannya.” Ucapnya.
“Terimakasih.”
Aku berjalan dan menoleh kanan kiri, Terdapat dekorasi bunga – bunga dan ini benar – benar romantis. Ku lihat Nico duduk seorang diri di sebuah meja yang rapid an romantis pula. Nico nampak begitu tampan dengan setelan jas putih. Ku lihat dress yang ku pakai, warnanya hitam. Ku anggap pas!
“Naya.. Silahkan..” Nico mempersilahkan aku duduk.
“Terima kasih.. Dimana Luna?” Tanyaku seraya duduk.
“Nico tersenyum dan menoleh ke arah kiri, aku pun mengikutinya.
Tak kusangka Luna sudah stand by di panggung Café ini dengan memegang biola kesayangannya. Ia tersenyum padaku dan mulai memainkan biolanya. Luna memainkan lagu berjudul Because Of You yang dipopulerkan oleh Keith Martin.
“Ku harap kau menikmati permainan Luna.” Ucap Nico seraya memegang tanganku. Hey! Aku gugup kalau sudah begini. Aku takut Luna marah.
“Jangan khawatir… Lihat aku.” Nico menuntunku untuk menghadap kearahnya.
“Emm..” Aku benar – benar gugup.
“Sebenarnya tidak pernah terjalin hubungan apapun antar aku dan Luna. Aku dan dia hanya sahabat biasa. Hanya saja… Luna yang membuat rencana ini, memintaku untuk berpura – pura menjadi kekasihnya.” Ujarnya.
“Maksudnya..?”
“Aku menyukaimu, Nay. Sejak lama. Hanya saja aku malu dan ragu mengungkapkannya, Hanya Luna yang mengerti perasaanku. Dan.. Luna yang merencanakan semua. Aku dan dia berpura – pura menjadi sepasang kekasih, tujuannya hanya agar aku bisa lebih dekat denganmu. Luna memang baik, dia teman yang baik. Sampai akhirnya aku menyukaimu, Luna peka dan mau membantuku.” Jawabnya. Aku terdiam. Jadi.. Selama ini..?
“Lagu yang Luna mainkan ini merupakan permintaanku. Alasannya, kau yang benar – benar membuat hidupku terasa berwarna. Beda. Aku bukan tipikal penggombal, jadi.. emm.. would you be mine, Nay?”
Degg!
“Maksudmu..?”
“Sudah jelas.. Aku harap kamu mau menjadi milikku, Nay. Setidaknya sebelum kau pergi ke Jepang.” Jawabnya. Aku tersenyum haru. Luna berhenti memainkan bioolanya.
“Aku yang menjaminnya. Terimalah, Nay.” Luna tersenyum dan meyakinkanku.
“Emm.. Baiklah… Aku mau.” Aku tersenyum pada Nico.
Para waiter dan waitress pun bertepuk tangan sedetik setelah Luna bertepuk tangan. Nico pun tersenyum dan memberikan sebuket mawar putih untukku. Setidaknya aku lega. Sangat berkesan meski esok aku harus pergi.
“Oh.. Kakak.” Ternyata Kak Maya, kakakku.
“Sedang apa? Di bawah ada yang mencarimu.” Ujarnya.
“Malam – malam begini siapa yang bertamu?” Tanyaku.
“Temanmu, Luna dan Nico.” Jawab Kak Maya.
“Sudah temui saja mereka. Kakak harus bersiap untuk bertemu clien.” Pintanya seraya berjalan ke kamarnya yang ada disebelah kamarku.
Akupun berjalan cepat menuruni anak tangga, menemui mereka yang tengah meunggu di ruang tamu. Jantungku rasanya berdebar seperti aka nada sesuatu yang akan terjadi. Entahlah mungkn aku hanya gugup akan bertemu Nico.
“Maaf menunggu lama.” Ucapku seraya duduk dan tersenyum pada mereka.
“Tidak masalah, kami baru tiba.” Balas Luna.
“Wajahmu terlihat suntuk, ada apa?” Tanya Nico. Aku tak percaya Nico begitu peka terhadap apa yang aku rasakan. Lagipula aku begini juga karena memikirkannya. Hehehe.
“Tidak… Aku sedikit lelah saja habis mengurus tiket dan paspor hari ini. Ada apa kalian kemari?” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Ooh.. Tidak, kami hanya ingin mengundangmu untuk makan malam bersama besok. Hitung – hitung pelepasan sebelum kau terbang ke Jepang. Hehe.” Luna.
“Tidak perlu repot – repot.” Aku tersenyum.
“Ayolah Naya… Kau akan pergi dan mungkin lama akan kembali. Apa salahnya kita makan malam bertiga..? Ku mohon..” Pinta Nico.
Kali ini aku tak dapat menolak. Terlebih Nico membujukku. Yaa setelah ku fikir ada benarnya juga ajakan mereka ini. Kapan lagi aku bisa makan malam dengan Nico? Meskipun dengan Luna. Setidaknya aku ingin membuat kesan lebih disini.
Malam terasa begitu singkat. Matahari pagi sudah menyapaku saat aku membuka mata. Oh iya, aku tinggal hanya berdua dengan Kakakku di Bandung. Orang tua kami tingga; di Jakarta. Aku mandi dan bersiap untuk sarapan. Saat aku turun dan menuju meja makan. Ku lihat ada Mama dan Papa. Senangnya.
“Selamat pagi anak Papa yang manis.” Sapa Papa. Aku tersenyum.
“Pagi, Pa.” sapaku balik.
“Lihatlah Naya sepertinya bersemangat sekali untuk ke jepang dan meninggalkan Kakak sendiri. Haha.” Gurau Kak Maya.
“Ah biasa saja.. Hehe.”
“Ini dia nasi goreng special untuk anak Mama yang hebat.” Mama datang dengan membawa nasi goreng udang kesukaanku. Selamat makan!
-skip-
“Nay, malam ini Nico dan Luna tidak bisa menjemputmu. Mereka ingin kau sendiri yang datang. Luna menelpon kakak tadi.” Ucap Kak Maya seraya masuk ke kamarku.
“Lalu bagaimana aku bisa kesana?” Tanyaku.
“Di depan rumah kita sudah ada taksi yang dipesan Luna. Cepatlah..” Kak Maya tersenyum.
Sesampainya di café yang dimaksud, aku heran. Kenapa begitu romantis desainnya? Sebelumnya Café ini terlihat biasa saja. Apa aku salah? Setelah aku chek lagi di handphoneku, ternyata memang sesuai. Aku coba masuk perlahan.
“Selamat malam. Betul dengan Naya?” Seorang waitress menyapaku dengan ramah.
“Iya betul..” Jawabku.
“Silahkan ke dalam, sudah ditunggu temannya.” Ucapnya.
“Terimakasih.”
Aku berjalan dan menoleh kanan kiri, Terdapat dekorasi bunga – bunga dan ini benar – benar romantis. Ku lihat Nico duduk seorang diri di sebuah meja yang rapid an romantis pula. Nico nampak begitu tampan dengan setelan jas putih. Ku lihat dress yang ku pakai, warnanya hitam. Ku anggap pas!
“Naya.. Silahkan..” Nico mempersilahkan aku duduk.
“Terima kasih.. Dimana Luna?” Tanyaku seraya duduk.
“Nico tersenyum dan menoleh ke arah kiri, aku pun mengikutinya.
Tak kusangka Luna sudah stand by di panggung Café ini dengan memegang biola kesayangannya. Ia tersenyum padaku dan mulai memainkan biolanya. Luna memainkan lagu berjudul Because Of You yang dipopulerkan oleh Keith Martin.
“Ku harap kau menikmati permainan Luna.” Ucap Nico seraya memegang tanganku. Hey! Aku gugup kalau sudah begini. Aku takut Luna marah.
“Jangan khawatir… Lihat aku.” Nico menuntunku untuk menghadap kearahnya.
“Emm..” Aku benar – benar gugup.
“Sebenarnya tidak pernah terjalin hubungan apapun antar aku dan Luna. Aku dan dia hanya sahabat biasa. Hanya saja… Luna yang membuat rencana ini, memintaku untuk berpura – pura menjadi kekasihnya.” Ujarnya.
“Maksudnya..?”
“Aku menyukaimu, Nay. Sejak lama. Hanya saja aku malu dan ragu mengungkapkannya, Hanya Luna yang mengerti perasaanku. Dan.. Luna yang merencanakan semua. Aku dan dia berpura – pura menjadi sepasang kekasih, tujuannya hanya agar aku bisa lebih dekat denganmu. Luna memang baik, dia teman yang baik. Sampai akhirnya aku menyukaimu, Luna peka dan mau membantuku.” Jawabnya. Aku terdiam. Jadi.. Selama ini..?
“Lagu yang Luna mainkan ini merupakan permintaanku. Alasannya, kau yang benar – benar membuat hidupku terasa berwarna. Beda. Aku bukan tipikal penggombal, jadi.. emm.. would you be mine, Nay?”
Degg!
“Maksudmu..?”
“Sudah jelas.. Aku harap kamu mau menjadi milikku, Nay. Setidaknya sebelum kau pergi ke Jepang.” Jawabnya. Aku tersenyum haru. Luna berhenti memainkan bioolanya.
“Aku yang menjaminnya. Terimalah, Nay.” Luna tersenyum dan meyakinkanku.
“Emm.. Baiklah… Aku mau.” Aku tersenyum pada Nico.
Para waiter dan waitress pun bertepuk tangan sedetik setelah Luna bertepuk tangan. Nico pun tersenyum dan memberikan sebuket mawar putih untukku. Setidaknya aku lega. Sangat berkesan meski esok aku harus pergi.
Profil dan Lainnya
Hay! Aku Dewi Pangestu, untuk lebih akrab, kalian boleh panggi aku Depang. Usiaku baru 16 tahun. Aku anak kedua kelahiran Tangerang 12 Mei 1998. Hobbyku saat ini adalah membuat cerita dan bernyanyi. Hanya sekedar hobby. Aku tinggal di Jl. Bhakti 3 Caplin, Ciledug Tangerang. Semoga kalian bisa menerima kehadiranku, juga cerpen - cerpenku. Beri masukkan dan supportnya yaa.. Terima kasih^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)