Selamat datang di Kumpulan Cerpen Remaja dan Anak! Silahkan mengunjungi satu per satu cerpen dari para penulis kami!
Bisa mulai ditelusuri dari Authors yang berisi profil kami, kemudian Become Author untuk mengirim karya atau pun menjadi penulis tetap. Melanjutkan atau malah langsung menuju Daftar Cerpen yang berisi cerpen terposting di blog lama maupun baru pun oke. Ada yang kurang? Tanyakan di Information. Berkelana sesuka hati saja, deh! Welcome!
Welcome to KCRdA weblog | take parcitipate with us | read stories | comment | send stories

Minggu, 12 Oktober 2014

Pot Merah - Cerpen Anak

Pot Merah
Karya Alisha Prima Vania



Pot merah dengan hiasan pita berwarna merah seindah bunga mawar dan bata merah asli itu terpajang dengan jelas di etalase toko bunga Nyonya Cha. Ae hanya memandangnya sambil melipat ujung mantel biru mudanya. Hujan langsung turun tanpa permisi, dan mengguyur kota tempat tinggalnya. San Yi,adiknya pun langsung menggandengnya, dan Ae hanya memberi tatapan kosong kepada adiknya yang berumur lebih dari 4 tahun yang memakai sweter biru-putih.Trotoar di sisi jalan yang dilalui Ae dan San Yi pun menjadi licin dan kotor dengan lumpur kecoklatan. San Yi memandang jijik sedangkan Ae hanya mengedikkan bahu.


“Ae, Ae...” panggil San Yi dengan menarik-narik mantelnya. “Hm?” Ae mengerutkan keningnya. “San Yi mau pakai sepatu boot! Sepatu!”. “Hah” Ae hanya melotot dan mengambil sesuatu dari tas plastiknya. Aha,sepatu boot karet berwarna putih dengan bercak coklat yang menjijikkan, Ae pakaikan kepada adik balitanya. “Ae...” panggil adiknya lagi. “Apa? Hmm..?” Ae hanya mengerucutkan bibirnya. “San Yi ingin kakak memakai sepatu!”. “Kenapa,San?”. “Agar kakak tidak kotor...” kata San Yi manja.Mata San Yi membulat dan pipi tembamnya terlihat jelas. Rambut kehitamannya menjuntai liar dan tidak diikat. Ae, kakaknya hanya mengeluh, “San Yi... Kakak enggak jijik sama coklat itu, kok..” Ae memberikan senyuman tipis. Syal tebal pun dililitkan ke leher San Yi. Ae hanya menoleh kanan-kiri kemudian berlari kecil. Menimbulkan cipratan lumpur kehitaman yang ternoda.San Yi hanya melongo melihat kakaknya berlari meninggalkannya. “Ae,tungguu.....!!!”. Dan....
Aaahhh..!
Ae menoleh dengan kasar.Menemukan gadis kecil dengan sweter yang belepotan lumpur dan sepatu boot-nya menumpu batu yang agak besar. Itu San Yi! Ae berlari menghampiri. Ini memang salahnya! Mengapa aku meninggalkannya? Batinnya berpilu-pilu. Hatinya layu. Matanya sayu. Lutut adiknya berdarah. Adiknya hanya mengingau namanya dengan terbata-bata “Ae Yha Ni, Ae Yha Ni. Mengapa San Yi tidak memanggilmu dengan sebutan kakak?” kata San Yi membuka pintu hatinya. Ae hanya menangis pilu dan hatinya seperti disayat-sayat dengan kasar.
“Kakak Ae....Sang Penerangku pelitaku,walaupun mukanya masam,perkataannya kasar,sikapnya bertolak belakang,tapi San Yi disini sangat menyanyangi Kak Ae... Kak... Kakak?”
Kemudian, mata kecil San Yi tertutup dengan rapat. Bibirnya yang kecil bersemu kebiruan, sangat kaku. Menunjukkan senyuman kaku. Senyuman yang pernah diberikan Ae kepada San Yi. Ae menggotong San Yi ke rumah. Di tengah jalan yang dingin, San Yi membuka matanya secara tiba-tiba dan langsung merangkul kakaknya walaupun berbeda jarak ketinggian. “Kak?”.Mata Ae berbinar-binar. “Kakak Ae?” ulang San Yi.Ae langsung memeluk adiknya dengan berjongkok, karena San Yi lebih pendek darinya. “Kakak sayang sama San Yi. San Yi juga sayang kan sama kakak? Kakak menunggu San Yi...” meledaklah tangisan haru Ae. Dibalut hati yang tenang.
Saat itu, Di rumah, Ibu Aiy Sha, Ibu kedua saudara itu menunggu keduanya datang. Saat Ibu melihat Ae dan San Yi berangkulan riang seperti anak taman kanak-kanak. “Ae! San Yi!” panggil Ibu. “Ibu!!” panggil keduanya dengan kompak dan tertawa bersamaan.
~
“Kakak ingin apa?” tanya Ibu hangat saat makan malam di ruang makan. “Hmm.... Ae kan suka menanam bunga, ingin pot bata merah di toko Ny.Cha.” kata Ae sambil menyuap sup misonya. “Kalau,adik?” tanya ibu kepada San Yi.San Yi hanya tersenyum sambil menyesap teh herbal. “Kalau San Yi mau kakak jadi cantik, dan San Yi juga mau pot bata merah sama kayak kakak Ae! San Yi sayang kakak dan ibu!” Kata San Yi dengan penuh kegembiraan yang terpancar dari wajah mungilnya. “Kalau ibu?” tanya Ae dan San Yi. “Hmm.... Ibu sangat ingin kedua anak ibu jadi anak yang baik dan sopan santun.Ibu doakan agar kalian bisa menggapai impian!” Ibu memeluk keduanya.
Setelah makan malam selesai pukul 7 malam,ibu merangkul Ae yang sedang membaca buku matematikanya.San Yi masih duduk santai di sofa sambil menonton TV kartun. “Ae! Ibu mau ke toko bunga,mau beli bibit tanaman semangka,apel,dan jagung.Mau ikut? Sekalian beli pot,deh!” tawar Ibu.Mata Ae langsung berbinar-binar dan mencium kedua pipi ibunya.Ae menyambar tempat duduk di sebelah San Yi dan membisikkan sesuatu yang kejutan “Pssst...San Yi kita mau........ buat beli....pssttt...”.San Yi pun mengangguk gembira dan meloncat-loncat riang. Kedua saudara itu mengganti baju yang kembar : sweter bertudung berwarna merah hati dan celana flanel semata kaki berwarna putih gading,mengenakan sepatu-sandal karet berwarna kebiruan.
Ibu dan kedua anak itu pun berangkat menuju toko bunga Nyonya Cha.
“Aku mau yang ini, Bu!” kata Ae menunjuk etalase berisi pot-pot bata merah yang dihias dengan pita merah. “San Yi juga mau, kan?” goda Ibu. San Yi pun langsung menyambar tangan ibunya, “Terima kasih, Bu!” teriak San Yi. Keduanya pun membawa pot impian mereka setelah ibu membayar semuanya.
“Impian Ae dan San Yi adalah satu.Bukan pot bata merah ataupun mantel kembar tapi adalah belas kasihan antar saudara dan ada rasa untuk saling menjaga. Semoga para pembaca bisa mengambil pesan moral dari cerita ini.....”

Profil dan Lainnya
Namaku Alisha Prima Vania,masih duduk di kelas 5 SD MUHAMMADIYAH CONDONGCATUR dan sangat suka menulis cerita dan membaca novel ataupun buku.Umur masih 10 tahun dan sangat suka warna pink.Penulis kesayanganku juga banyak ataupun dari penulis KKPK (kecil-kecil punya karya) terbitan DAR! MIZAN.Salam kenal!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)