Selamat datang di Kumpulan Cerpen Remaja dan Anak! Silahkan mengunjungi satu per satu cerpen dari para penulis kami!
Bisa mulai ditelusuri dari Authors yang berisi profil kami, kemudian Become Author untuk mengirim karya atau pun menjadi penulis tetap. Melanjutkan atau malah langsung menuju Daftar Cerpen yang berisi cerpen terposting di blog lama maupun baru pun oke. Ada yang kurang? Tanyakan di Information. Berkelana sesuka hati saja, deh! Welcome!
Welcome to KCRdA weblog | take parcitipate with us | read stories | comment | send stories

Sabtu, 21 Juni 2014

Double Lost Memories - Part 5 END - Cerpen Remaja

Double Lost Memories
Karya R

Mendadak Aldo masuk—tepat ketika Carissa sedang memegangi kepalanya karena kilasan peristiwa itu muncul lagi.
“Halo, Aurora!”
Samar-samar bayangan cewek yang tadi muncul. Jadi cewek tadi itu… Namanya Aurora? Dan aku mengenalnya?
“Oh, hai! Kenapa, Sa?”
“Ini buat lo! Happy birthday ya!”
“Wow, thanks! Lo emang sohib terbaik gue,”
Dan cewek tadi itu sahabatnya?
Oh, ya Tuhan, semua ini benar-benar membingungkan. Carissa membuka matanya disambut tatapan cemas Aldo.
“Kamu oke, kan?”
Carissa memaksakan seulas senyum. “Cuma ada yang keinget kok.”
Aldo mengangguk-angguk. Sebenarnya sejak berjalan tadi, dia tidak fokus karena mengingat kata-kata Aurora. Ya ampun, apa itu sungguhan? Dia jatuh cinta pada sahabatnya?
Iya, Aldo tahu, kemarin memang hatinya menyadari bahwa ia jatuh cinta pada sahabatnya. Tapi kali ini, ketika Aurora mengucapkan fakta itu di depan mata, rasanya… Aneh.
Carissa menatap Aldo lekat-lekat. “Nama cewek yang tadi Aurora ya?”
“Kamu tahu dari mana?” Aldo menatap takjub.
“Tadi keinget. Aku juga ngga tau kenapa,”
Aldo manggut-manggut.
“Terus Calista itu siapa sih?”
Tubuh Aldo menegang. “Kamu inget?”
“Aku dapet ini.” Carissa menunjukkan ponselnya. “Dan nama di displaynya adalah Carissa. Ngomong-ngomong,” ada jeda ragu di sana, “kamu abis kencan ya?”
“Sembarangan!” Spontan Aldo menoyor kepala Carissa. “Cuma temen kok. Dan dia juga temen kamu, seandainya kamu inget.”
“Terus Calista itu siapa?”
“Dia…” Ucapan Aldo terputus. “Adik kamu.”
“Tapi aku ngga pernah liat dia!” bantak Carissa.
“Dia menghilang sudah beberapa bulan,” bisik Aldo lemah. “Carissa, aku mau jelasin sesuatu,”
“Apa?”
“Kamu mau dengerin kan? Ini rumit banget soalnya.”
“Aku mau dengerin,” ungkapnya. “Dari kemarin kan aku desak kamu tapi kamu yang ngga mau cerita.”
“Aku mulai ya. Dulu kita sahabat. Tapi terus… Kamu pernah salah paham sama aku,”
“Salah paham gimana?”
Aldo menarik napas dalam-dalam. Semua harus dimulai, dan ia memilih memulai penjelasan dari sini. “Aku ketemu sama cewek yang kamu benci. Tapi sumpah, aku dijebak, Sa. Cewek itu juga dijebak.”
“Siapa cewek yang aku benci?”
“Aurora,”
“Apa?” pekik Carissa terkejut. “Tapi tadi…” Carissa terbata. "Kenapa aku bisa benci sama dia?"
"Kamu ngirain dia cewek yang bikin hubungan kamu sama Viko, pacarmu waktu itu, berantakan," kata Aldo. “Kamu mendapat foto aku dan dia dan kamu langsung benci aku. Kamu nganggep aku khianatin kamu, karena aku tahu kamu benci cewek itu tapi aku ketemuan sama dia.”
“Kok gitu? Kan kamu mau ketemu siapa terserah kamu,” ucap Carissa bingung.
“Kita dulu akrab banget, Sa.” kata Aldo pahit. “Kamu ya aku, dan aku ya kamu. Kalo kamu ngga suka sama seseorang, aku juga ngga suka sama orang itu. Begitupun sebaliknya.”
Mendadak kepala Carissa terasa sakit lagi.
Carissa sedang memandangi layar ponselnya lurus-lurus. Foto Aldo dan cewek tadi. Mendadak mata Carissa terasa panas.
Kilasan berganti lagi.
“Lo ketemu sama dia?! Lo kan tahu gue benci banget sama dia! Dia udah ngerebut Viko dari gue, Do! Kenapa…”
“Sa, dengerin gue dulu!”
“Apa?! Udah jelas kan, lo sebenernya gak mau jadi sahabat gue. Lo bener-bener keterlaluan!”
“Ngga papa kan? Sa? Carissa!”
“Carissa kembali memaksakan seulas senyum. “Ngga apa. Lanjutin.”
Meski ragu dengan kondisi Carissa, Aldo tetap melanjutkan. “Tadi Aurora baru jelasin semuanya…  Viko cuma diancem supaya mempermainkan kamu dan nyakitin kamu. Jadi dia bisa ngejalanin rencananya.”
“Apa rencananya? Dan kenapa? Siapa itu dia?”
“Misahin kamu dari aku,” Aldo menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. “Dia suka sama aku. Dan dia itu… Calista.”
Sesaat Carissa tidak bisa berkata-kata.
“Karena semua masalah itu… Kamu… Minta pindah sekolah,” Carissa menghela napas mendengar ucapan Aldo. Ternyata dulu dia kekanak-kanakan sekali. “Di SMA, kita ketemu lagi, tapi kamu memperlakukan aku sebagai musuh. Kayaknya kamu udah lupa siapa aku dulu, dan kamu sengaja melupakannya sampe kamu bener-bener lupa. Cuma gara-gara aku pernah numpahin minuman ke baju kamu, kamu jadi marah-marah terus sama aku. Tanpa tau aku sahabat yang pernah mengkhianati kamu. Atau setidaknya, sahabat yang dianggap mengkhianati kamu.”
Kilasan peristiwa terus berlangsung selama Aldo bercerita. Dan Carissa terus memegangi kepalanya.
“Siapa sih lo! Ngapain numpahin jus? Ngga punya mata?”
“Ca… Rissa?”
“Iya, nama gue Carissa! Lo tau dari mana, hah? Udah lah, awas, gue mau lewat! Bener-bener nyebelin!”
“Carissa!”
“Apa lagi! Gue mau bersihin baju nih!”
“Kamu ngga pernah setuju apapun omonganku, padahal kita satu kelas. Kamu selalu berusaha mencari-cari kesalahanku. Agak aneh sebenarnya, mengingat dulu bahkan kita pernah siram-siraman sambil ketawa-tawa.”
“IIH! Aldo! Jangan siram-siram dong! Siramin tanemannya, jangan gue-nya!”
“Hahaha, lo serius banget lagian! Emangnyatanemannnya bakal lari? Main-main aja dulu!”
Keduanya berkejar-kejaran membawa selang.Tiba-tiba kaki Carissa menyandung selang dan terjatuh tepat di rangkulan Aldo.
“Wow! Santai dong!”
Tiba-tiba, sambil menahan rasa sakit di kepalanya, jantung Carissa terasa berdebar-debar. Ingatan itu seolah terjadi sekarang, membuatnya larut.
Kilasan berganti.
“Gimana kalo kita mentasin break dance?”
“Apaan sih! Itu ide pasaran! Kenapa harus break-dance?”
“Yah emang ada ide lain?”
“Lo gak punya ide lain? Lagian break dance itu nyebelin!”
“Apaan sih, Sa?”
“Elo yang apaan! Nyebelin!”
“Aldo… Ah…”
Mendadak Carissa kehilangan kesadarannya.
“Carissa! Carissa?! Sa? DOKTER!” Aldo berteriak panik memanggil dokter. Dia melihat tombol untuk memanggil suster dan segera menekannya.
Beberapa menit kemudian, suster datang. “Pasien ini kenapa?” tanya suster.
“Dia mendadak pingsan, suster!” seru Aldo panik.
Suster mengecek keadaan Carissa. “Ngga apa. Pasien cuma pingsan, mungkin kelelahan. Dan… Ini Carissa ya?” Suster itu mengamat-amati. “Dia amnesia kan? Mungkin dia terlalu banyak mengingat sehingga kehilangan kesadarannya. Dia baik-baik saja kok. Mungkin nanti akan sedikit pusing setelah bangun.”
“Baiklah, terima kasih suster,”
Setelah suster itu meninggalkan ruangan, Aldo mengamati wajah Carissa. Dielusnya pelan pipi Carissa dengan punggung tangannya.
“Aku ngga tau kebenarannya. Tapi aku jatuh cinta sama kamu, Carissa,”
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)