Karya R
Olehmu, satu terencana dan satu tak di sengaja.
Carissa masih sibuk menekuri gambarnya saat menyadari seseorang masuk ke dalam kamar pasiennya."Aldo?"
Aldo tersenyum saat Carissa menoleh. "Terusin aja," katanya. Ia masih ingin melihat tangan Carissa menari-nari dan membentuk simfoni indah sebuah karya. Sejak dulu gambar Carissa sangat indah. Yah, jujur saja, Aldo mengakui Carissa memang dilahirkan dengan segudang talenta.
Setelah merasa matanya penat, Aldo melihat ke sekeliling ruangan. Semua putih. Tentu saja, ini rumah sakit. Bicara tentang rumah sakit, mendadak Aldo teringat akan ingatan Carissa yang hilang. Dan tak sanggup membayangkan saat Carissa sudah mengingat semuanya.
Dia tidak ingin dijauhi Carissa lagi.
"Aldo?"
Tangan Carissa yang mengguncang-guncang lengannya membuat Aldo tersadar dari lamunan. "Ah... Ada apa, Car?" tanyanya.
Carissa, bagaikan anak kecil, menunjukkan gambarnya yang telah selesai. Mata Aldo berbinar melihatnya. "Keren! Halus banget... Kayak asli."
Carissa tertawa ringan dan riang. Mendadak kepalanya terasa sakit...
"Lo lagi ngapain?"
"Nggambar lah!"
"Emang lo bisa?" Aldo nampak meremehkan. Sementara dengan emosi Carissa melanjutkan gambarnya cepat. Lalu menunjukkannya pada Aldo.
"Nih!"
Aldo tersentak melihatnya. "Ya Tuhan... Bagus banget... Halus, seperti foto asli aja."
Mata Carissa berbinar dan dia tertawa ringan. "Bener kan!"
Carissa memegangi kepalanya. kelebatan bayangan itu membuatnya pusing.
"Kenapa, Car?"
Carissa menggeleng.
"Ya udah, istirahat dulu," Aldo membantu Carissa berbaring di kasur berseprai putih itu. Carissa menurut. Kepalanya terlalu sakit untuk menolak.Aldo menghela napas setelah mendengar suara napas teratur Carissa. Ya, gadis itu tidur. Aldo menyadari perlahan, satu-persatu, Carissa akan mengingat semua. Tapi Aldo punya secercah harapan. Harapan, Carissa hanya mengingat saat persahabatan mereka saja. Bukan saat mereka mendadak bermusuhan yang entah karna apa.
Meski semua itu mustahil. Pada akhirnya, Carissa akan mengingat semuanya. Dan Aldo, kala itu, hanya dapat memandanginya dari jauh.
Aldo memandang keluar jendela saat mendengar suara air bersinggungan dengan benda lain. Hujan. Rasanya tentram sekali melihatnya... Aldo bisa menenangkan hatinya untuk sementara, paling tidak.
"Mm," angguk Aldo. Sangking seringnya ke rumah sakit ini atau khususnya ke ruangan Carissa, ia jadi dikenali oleh dokter dan suster di sana. Beberapa mengenalnya sebagai 'anak pengunjung ruang 78' sementara dokter perawat Carissa mengenal namanya.
"Tumben, biasanya sampai sore."
"Lagi sibuk, dok," ucap Aldo. Si dokter hanya manggut-manggut saja.
Hah, bohong. Aldo sama sekali tidak sibuk. Tapi dia sebenarnya gundah karena pikirannya sendiri.
Dia tidak ingin Carissa kembali menjauhinya.
Dia hanya ingin menghilangkan resahnya, karena semakin dia di dekat Carissa, rasanya makin gundah saja. Maka, setelah orangtua Carissa datang, dia segera pulang.
Mendadak ponselnya bergetar singkat. Aldo merogoh sakunya dan mengecek layar ponsel.
From: CarissaKok udah pulang aja sih, pas aku tidur?
Mau ngga mau Aldo tersenyum. Ini benar-benar Carissa sahabatnya, bukan Carissa musuhnya. Hah, memikirkan itu membuatnya resah saja. Tapi membaca pesan Carissa, rasanya Aldo mendadak lega.
Paling tidak, lega untuk sementara.
To: CarissaKenapa? pengen ditungguin? ;)
Aldo senyum-senyum sendiri dan melanjutkan langkahnya. Belum lama, ponselnya bergetar lagi.
***
"Udah mau pulang, Aldo?""Mm," angguk Aldo. Sangking seringnya ke rumah sakit ini atau khususnya ke ruangan Carissa, ia jadi dikenali oleh dokter dan suster di sana. Beberapa mengenalnya sebagai 'anak pengunjung ruang 78' sementara dokter perawat Carissa mengenal namanya.
"Tumben, biasanya sampai sore."
"Lagi sibuk, dok," ucap Aldo. Si dokter hanya manggut-manggut saja.
Hah, bohong. Aldo sama sekali tidak sibuk. Tapi dia sebenarnya gundah karena pikirannya sendiri.
Dia tidak ingin Carissa kembali menjauhinya.
Dia hanya ingin menghilangkan resahnya, karena semakin dia di dekat Carissa, rasanya makin gundah saja. Maka, setelah orangtua Carissa datang, dia segera pulang.
Mendadak ponselnya bergetar singkat. Aldo merogoh sakunya dan mengecek layar ponsel.
From: CarissaKok udah pulang aja sih, pas aku tidur?
Mau ngga mau Aldo tersenyum. Ini benar-benar Carissa sahabatnya, bukan Carissa musuhnya. Hah, memikirkan itu membuatnya resah saja. Tapi membaca pesan Carissa, rasanya Aldo mendadak lega.
Paling tidak, lega untuk sementara.
To: CarissaKenapa? pengen ditungguin? ;)
Aldo senyum-senyum sendiri dan melanjutkan langkahnya. Belum lama, ponselnya bergetar lagi.
From: CarissaGe-er banget sih! :| Dan jawab pertanyaanku! Ada apa?
Jari Aldo mengetik cepat.
To: CarissaKangen banget ya? :p Aku ada sedikit urusan...
Lalu Aldo kembali berjalan. Rumah sakit tempat Carissa dirawat tidak terlalu jauh dari rumahnya, jadi ia berjalan kaki.
Lalu getar ponsel menghentikannya.
From: CarissaSiapa bilang -_- Ya udah, urus dulu urusanmu deh! Bye :)
Aldo tersenyum. Dan rasanya... Aneh. Kenapa dia tersenyum hanya untuk sesuatu yang biasa?
Dan detik itu dia sadar, dia memang telah jatuh cinta. Pada sahabatnya.
***
Tidak penting banget, gerutu Aldo dalam hati. Dia berjalan cepat keluar dari sekolahnya dengan kesal. Kenapa sih, cewek satu itu sok berani banget bermanja manja padanya? Siapa juga dia! Dari sekian banyak fans-nya, ini fans-nya yang paling aneh.
Ngomong-ngomong, aku telat jenguk Carissa, lagi...
Aldo berlari dari sekolahnya menuju halte dekat sana. Memang dia sengaja memilih sekolah yang jauh, sekolah yang dulunya sama dengan Carissa (yah, Carissa kan sedang dalam tahap pemulihan, jadi dia cuti sekolah).
Kembali Aldo menggerutu sambil melirik jamnya. Seolah alam jenuh mendengar gerutuannya, mendadak sebuah bus berhenti di halte. Dan kesempatan itu tidak Aldo sia-siakan.
Dia segera masuk ke dalam bus itu, dan bertabrakan dengan seorang gadis.
"Maaf," ucap Aldo buru-buru, setengah tidak tulus. Saat hendak melewati orang yang ditabraknya begitu saja, suara orang tersebut menahannya.
"Aldo?"
Aldo tercengang mendengar suara itu. Hatinya bersikeras tidak berbalik, tapi dia benar-benar penasaran dan lagipula, jika kita dipanggil, kita harus menoleh kan?
"Aurora," desis Aldo. Kebencian memenuhi hatinya.
Gadis ini yang membuat Carissa menjauhinya dan melupakannya, serta menganggapnya musuh. Semua karena gadis ini. Penjebak ulung, begitu Aldo menyebutnya. Tentu saja, dengan nada benci yang kental.
Tapi Aldo berusaha menahan rasa kesal dan bencinya, lalu mengeraskan rahangnya. "Ada apa?"
"Bisa kita bicara?"
"Lain kali saja." Aldo melanjutkan langkahnya.
"Ini tentang Carissa,"
"Ya, dan gue juga demikian."
Aurora hanya mampu mengernyit.Sungguh, dia tidak mengerti apa maksudnya. Tapi gadis itu merasa, dia sudah mencari-cari Aldo selama setahun ini. Untuk meluruskan hal yang melengkung alias salah paham.
Sebenarnya, apa yang terjadi?
Ingatanmu bisa lari, tapi perasaanmu takkan pernah pergi
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)