Selamat datang di Kumpulan Cerpen Remaja dan Anak! Silahkan mengunjungi satu per satu cerpen dari para penulis kami!
Bisa mulai ditelusuri dari Authors yang berisi profil kami, kemudian Become Author untuk mengirim karya atau pun menjadi penulis tetap. Melanjutkan atau malah langsung menuju Daftar Cerpen yang berisi cerpen terposting di blog lama maupun baru pun oke. Ada yang kurang? Tanyakan di Information. Berkelana sesuka hati saja, deh! Welcome!
Welcome to KCRdA weblog | take parcitipate with us | read stories | comment | send stories

Minggu, 16 Maret 2014

A True Friend - Cerpen Anak (Part 1)

A True Friend
Karya L



Namaku Bobi. Aku bersekolah di SD 06 Bekasi. Hobiku adalah bermain futsal, bersama teman-temanku. Di sekolah, aku terkenal  sebagai anak yang pintar dan ramah, karena itu temanku banyak.  Biasanya, walaupun aku dan teman-temanku suka mengobrol, kami tetap dipandang sebagai anak-anak yang kreatif dan inovatif. Mengapa? Karena kami memiliki banyak ide yang keluar dari otak kami. Banyak hal bisa kami lakukan bersama-sama. Mulai dari belajar bersama, bermain bersama, apapun itu kami tetap kompak, dan selalu berhasil melakukan banyak hal bersama. Inilah kesan-kesanku sebagai seorang siswa. Kebersamaan itulah yang membuatku betah di sekolah ini.
Aku mempunyai seorang teman, kasihan dia tidak mempunyai kawan. Aku heran, mengapa ia bisa tidak mempunyai teman, padahal dia adalah anak yang sangat jujur, dan sangat bertanggung jawab. Gadis itu bernama Dahlia. Nama yang indah, bukan? Walaupun aku seorang anak laki-laki, tak apa aku bergaul dengan perempuan, tidak masalah. Bukannya harusnya kita bergaul dengan siapapun?
Bagiku, berteman dengan siapa saja sama saja, tidak ada bedanya, semuanya manusia, ciptaan Tuhan. Lagipula, semakin banyak teman, kita menjadi lebih banyak belajar tentang kehidupan, dan pastinya kita akan semakin tumbuh dengan baik.
Siang ini saat pulang sekolah, aku akan berniat menghampiri Dahlia..
***
“Hei Dahlia!” sapaku.
“Eh, Bobi. Kenapa?” tanya Dahlia dengan senyum.
“Aku nggak papa. Kamu kenapa sedih di pojokan kelas?” tanyaku lagi.
Dahlia terdiam, memandang ke arah sepatunya sendiri, dengan tatapan murung. Aku yang di sampingnya makin penasaran. Tanpa kata, Dahlia pergi ke kursinya, dan mengambil sebuah barang. Barang itu sudah usang, mulai rusak. Kulihat pelan-pelan, ternyata itu adalah dompet tuanya. Sudah sangat lama. Lalu ia menunjukkan sebuah foto, yang menurutku adalah foto dua orang pertama yang sangat ia cintai, yang ia lihat dan kenal pertama kali sejak ia sendiri masih dalam pertumbuhan menjadi seorang manusia. Foto itupun ia beri tanda silang  yang besar,dengan pena merahnya, dengan emosinya yang sangat dalam.
Tiba-tiba, Dahlia menangis ke arahku, sekali lagi tanpa kata.
Aku mengerti. Ternyata kedua orang tuanya telah tiada, dan ia kini adalah yatim-piatu. Lalu aku berpikir, apa yang menyebabkan ia tidak punya teman?
Keesokan harinya, saat Dahlia pulang, diam-diam aku mengikuti  Dahlia dari belakang, tiba-tiba Dahlia berhenti di suatu tempat yang sangat tidak kuduga, ternyata ia menaruh tasnya di tempat itu. Mengapa ia harus tinggal di sana?
Aku hanya bisa diam dan berpikir sejenak.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)