Karya R
Olehmu, satu terencana dan satu tak sengaja
***
Dulu kita ikrar janji sahabat kekal, lantas justru jadi rival. Akhir-akhir ini semakin mendebarkan, kita justru seperti tak saling mengenal.
Tapi harapanku membumbung tinggi, dan akhirnya, keakraban kita terjalin kembali dan kau pun tak menyangkal!
Senja oranye mulai merasuki langit. Terasa membosankan bagi Carissa karna Aldo yang biasa mengganggu hari-harinya tidak muncul sampai sekarang.
Carissa mulai terbiasa dengan kehadiran Aldo. Justru jika cowok itu tidak muncul, Carissa malah merasa tidak tenang. Sepertinya gadis itu sudah mempedulikan Aldo.
Kenapa? Pertanyaan itu selalu menggema di hati Carissa. Kenapa, kenapa, kenapa... Pertanyaan yang tidak pernah terjawab. Kenapa Carissa selalu mempedulikan Aldo? Kenapa? Bukankah saat pertama kali mengenalnya Carissa merasa kesal karena Aldo selalu mengganggu waktunya yang tenang? Kenapa ia merasa nyaman sekaligus tidak nyaman saat bersama Aldo?
Mungkinkah sesuatu pernah terjadi di masa lalunya?
Ah, entahlah. Untuk masa lalu, Carissa tidak ingin mengingatnya dulu. Biar saja semua berjalan secara alami. Lagipula, kata dokternya, jika dipaksa mengingat kepalanya akan terasa sakit.
"Merindukanku, huh?"
Suara orang yang selalu mengganggu hari-harinya terdengar. Jantung Carissa seolah berhenti berdetak. Bagaimana cowok itu bisa tau?
"Jadi benar," Aldo terkekeh. Carissa mengerucutkan bibirnya. Jadi pria itu hanya mengerjainya. Padahal dia sudah mengira pria itu benar-benar bisa membaca pikirannya.
"Sedang apa kamu disini?" Kontras dengan ekspresinya, suara Carissa terdengar ketus membuat Aldo terkekeh.
"Jangan begitu. Kau menungguku, kan?"
Kenapa tepat sekali, gerutu Carissa dalam hati.
"Rupanya kau sudah merindukanku,"
"Jangan terlalu percaya diri, tuan," Nada suara Carissa terdengar santai, membuat Aldo menoleh tak percaya. Carissa hanya mengerjapkan matanya.
"Ada apa?" tanya Carissa polos.
"Apa kamu baru saja menyindirku?"
Kali ini Carissa tertawa. Tawanya sangat indah, batin Aldo. Kenapa aku tak pernah menyadarinya dulu?
"Apa kau sebodoh itu harus bertanya apa aku menyindirmu?" Gadis itu terbahak. Sementara Aldo menatapnya takjub.
"Kenapa?" Carissa menghentikan tawanya.
"Kamu tahu? Ini pertama kalinya kamu tertawa di hadapanku setelah kecelakaan itu,"
"Benarkah?"
"Kamu cantik saat tertawa."
"Jangan bohong."
"Kamu benar, aku berbohong," Aldo tertawa geli. Carissa memukul pundak Aldo pelan dan ikut tertawa. Mendadak sekelebat bayangan muncul di otak Carissa.
"Apa lo dandan?"
"Memangnya gue cantik, ya?"
"Iya, lo cantik banget,"
"Jangan bohong,"
"Lo bener, gue bohong." Aldo tertawa. Carissa memukul pundak Aldo pelan dan ikut tertawa.
Carissa memegang kepalanya. Badannya terasa sedikit lemas, karena kepalanya sakit.
"Kamu kenapa?" tanya Aldo panik. Carissa menggeleng seraya tersenyum manis.
"Ngga, ngga papa. Kata dokter, kalau aku mengingat sesuatu, kepalaku akan terasa sakit."
Aldo terpana melihat senyum Carissa. Begitu cantik, kenapa ia tak pernah menyadarinya? Kenapa ia tak pernah menyadarinya sejak dulu? Gadis yang beberapa bulan dibawahnya itu memang sangat cantik!
Tidak, tidak, dia tidak mungkin jatuh cinta pada sahabatnya sendiri kan?
***
Carissa menarik selimutnya pelan. Dinginnya hujan mulai menusuk. Apalagi di ruangan rumah sakit itu terdapat pendingin ruangan, yang tentu menyebabkan udara lebih dingin lagi.
"Kamu kedinginan?"
Tanpa menoleh pun, Carissa sudah mengenal betul itu suara Aldo. "Menurutmu?" Tapi tak urung juga dia menoleh. Meski baru berte,mu kemarin, ia sudah merindukan cowok itu.
Aldo mengecilkan suhu pendingin ruangan. "Hujan, ya." katanya pelan setelah menaruh kembali remote AC. Matanya memandang keluar, hujan rintik-rintik. Didekatinya Carissa dan dielusnya rambut gadis itu.
"Hn," jawab Carissa pelan. Kepalanya terasa sakit lagi.
Siang itu Aldo memasuki kamar Carissa. Persahabatan mereka memang sangat erat --dari lahir hingga SMP kelas 1 sekarang ini-- sampai boleh berkunjung ke kamar masing-masing. Orangtua mereka juga bersahabat dekat sehingga saling memercayai.
Carissa tergolek lemah di kasurnya. Aldo menggeleng-gelengkan kepalanya. "Putri Carissa sedang sakit?" tanyanya dengan suara yang dimanis-maniskan.
Carissa mendengus. "Menurut lo?" Badannya menggigil.
"Dingin ya?"tanya Aldo. Carissa hanya mengangguk pelan dan menarik selimutnya. Aldo segera mengambil remote AC dan mengecilkan suhu AC. "Hujan," gumamnya pelan.
Carissa mengangguk. "Hn,"
Aldo mendekati kasur Carissa dan duduk di pinggir kasur. Dielusnya rambut Carissa pelan. "Tidur sana,"
Carissa mendelik, tapi tak lama kemudian elusan Aldo berhasil membuatnya terlelap.
"Kenapa?" Suara Aldo berhasil membuat Carissa tersadar.
Carissa hanya menggeleng seraya tersenyum tipis. "Tidak, tidak apa,"
"Ingat sesuatu ya?"
"Kita itu... Sebelumnya apa sih?"
Pertanyaan tak terduga yang dilempar Carissa berhasil membuat Aldo panik. Apa yang harus dia katakan? Yang pertama atau yang kedua? Tapi desakan mata Carissa membuatnya mengeluarkan jawaban yang ada sejak dulu. "Sahabat," senyum Aldo pelan.
"Sahabat?" tanya Carissa tak percaya. Sementara Aldo agak panik karena takut Carissa mengingat bahwa setelahnya mereka adalah musuh, Carissa sibuk berpikir. Bayangan tadi seperti bukan sahabat. Seperti... Pacar.
Tunggu, tunggu! Apa Carissa baru saja berharap dia adalah pacar Aldo?
Ingatanmu bisa lari, tapi perasaanmu takkan pernah pergi
---
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)