Selamat datang di Kumpulan Cerpen Remaja dan Anak! Silahkan mengunjungi satu per satu cerpen dari para penulis kami!
Bisa mulai ditelusuri dari Authors yang berisi profil kami, kemudian Become Author untuk mengirim karya atau pun menjadi penulis tetap. Melanjutkan atau malah langsung menuju Daftar Cerpen yang berisi cerpen terposting di blog lama maupun baru pun oke. Ada yang kurang? Tanyakan di Information. Berkelana sesuka hati saja, deh! Welcome!
Welcome to KCRdA weblog | take parcitipate with us | read stories | comment | send stories

Sabtu, 19 April 2014

Impian dan Persahabatan - Cerpen Remaja

Impian dan Persahabatan
Karya Jelyta Rini Rustam


Menjadi seorang pianis terkenal adalah impianku, tapi… apa mungkin ya impian seorang Anggita caroline akan terwujud? Sedangkan aku masih duduk di bangku SMP. Ya namaku Anggita caroline atau bisa dipanggil Gita. Alasan kenapa aku ingin menjadi seorang pianis terkenal…. hmmm karna sejak kecil aku memang suka sekali dengan hal yang berhubungan dengan musik, aku yakin suatu hari nanti aku pasti akan menjadi seorang pianis terkenal.
Aku adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakakku merantau di luar daerah , ayahku bekerja sebagai supir, ibuku berprofesi sebagai asisten guru TK. sedangkan Aku bersekolah di salah satu sekolah favorit di daerahku SMP N 1 Nusa Bangsa. sekolah itu termasuk sekolah yang elit, aku bisa masuk di SMP itu karena mendapat beasiswa. Coba kalau nggak dapet mungkin aku nggak bakal bisa masuk di sekolah itu.
Bel istirahat berbunyi, tanda bahwa waktu istirahat telah tiba. aku tersadar dari lamunanku dan langsung menarik tangan Rini.
“Rin, ke ruang musik yuk..!” ajakku
“Yee, mau ngapain kesana? Nggak ah males”
“aduuh! Sebentar aja kok”
“Hmmm, yaudah deh bener ya?”
“Thanks rin, yukk capcus”
Setelah meminjam kunci di kantor guru, dengan semangat aku membuka pintu ruang musik. Terlihatlah sebuah alat musik yang tidak terlalu besar, dengan tuts yang berwarna putih dan hitam. Ya tentu saja alat musik favoritku PIANO langsung saja kucari sebuah kursi untuk duduk lalu jemariku mulai memainkan tuts piano itu. kulihat Rini terheran-heran dengan kalihaianku memainkan tuts piano itu karna tidak sembarang orang bisa memainkannya, aku tidak tahu darimana aku bisa bermain selihai ini akupun hanya belajar dengan mendengarkan orang bermain piano lagi pula aku berasal dari keluarga yang sederhana maka tidak mungkin aku dibelikan piano atau ikut les piano, karna sudah bisa makan dan membayar spp sekolah saja itu sudah cukup. Berbeda dengan sahabatku Rini yang hidup berkecukupan. dirumahnya pun dia memiliki piano yang sangat bagus, kadang aku sesekali bermain ke rumahnya hanya untuk main piano dengannya.
Tak terasa bel tanda masuk berbunyi, aku dan Rini harus cepat-cepat kembali ke ruang kelas agar tidak telat masuk
“Ayo cepetan nanti kalo udah ada guru loh” kata Rini
“Iya-iya bentar aku mau balikin kunci dulu”
“Oke, jangan lama-lama”
“sip deh”
Setelah mengembalikan kunci di ruang guru, aku dan rini tergesa-gesa berlari ke ruang kelas. fiuuhh untungnya masih tepat waktu. Tak berapa lama kemudian guru memasuki ruang kelas kami dan memulai kegiatan belajar mengajar.
Waktu berlalu begitu cepat hmm di akhir pelajaran hari ini rasanya aku mau cepat-cepat pulang dan bermimpi indah. Tapi tiba-tiba Rini menarik tanganku dan…..
“Eh ta! Pulang bareng yuk..! aku anter sekalian mau tau rumahmu dimana oke”
“E..eh nggak usah rin nggak usah nanti ngerepotin kamu, aku bisa jalan kaki kok”
“Yee nggak papa kok kamu nggak ngerepotin sama sekali. Yuk!”
“Aduh gimana ya? Hmm ya udah deh.”
“Nah gitu dong!”
Hari itu aku pulang diantar Rini, Ternyata naik mobil yang bagus enak juga ya. Setelah tahu dimana rumahku Rini mampir sebentar dan langsung pulang karna sudah di telfon ayahnya. Suatu saat nanti jika impianku terwujud pertama-tama aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku dan membelikan mobil yang bagus untuk orang tuaku.
Saat malam aku terbangun, aku menatap keluar jendela kulihat bintang-bintang bertaburan diatas langit seakan menjadi obat agar aku tidak tertidur lagi. Kubuka jendela kamarku, kuhirup udara malam itu, kudengar suasana disekitar rumahku, sunyi dan tenang. Kembali kutatap bintang-bintang itu. Kupejamkan mataku dan aku berdo’a dalam hati “tuhan.. tolong bantu aku untuk meraih impianku slama ini” setelah itu aku kembali tertidur dan pergi ke alam mimpiku.
Keesokan harinya di sekolah aku dipanggil ke ruang guru aku bertanya dalam hati, ada apa ya?. Aku sangat nervous karena selama ini aku belum pernah dipanggil ke ruang guru. Ternyata bu Sinta guru musikku sudah menunggu di mejanya dan menatapku dengan tersenyum, aku menghampirinya dan bu Sinta pun dengan segera membuka pembicaraan. Alangkah terkejutnya aku saat bu Sinta berkata bahwa aku akan di ikutkan lomba memainkan alat musik piano. Aku benar-benar tidak menyangka akan hari itu aku rasa aku mimpi. Akupun senyum-senyum sendiri setelah keluar dari ruang guru. Karna saking senangnya aku lompat-lompat nggak jelas menuju kelas lalu tak sengaja aku menabrak seseorang yang berjalan. Sehingga orang itu terjatuh.
“Aduh! Kalo jalan hati-hati dong” bentak Rini.
“Eh! Maaf maaf . lho? Rini”
“lho Gita, kamu ngapain sih pake lompat-lompat segala sambil senyum-senyum gitu lagi? Kamu nggak kenapa napa kan?”
“Haha apaan sih aku nggak gila kok” jawabku
“lha itu senyum senyum sendiri?”
“hehe. Eh kamu tau nggak aku bakalan ikut lomba memainkan alat musik piano” kataku sambil tersenyum lebar
“What!? Oh hahaha congratulation Gita”
“hahaha thank you Rin. Eh kok mukamu pucet banget? Kmu sakit?”
“hmm nggak kok aku sehat begini!, terus kapan lombanya diadain?”
“ohh ya udah, nah masalahnya itu aku nggak tau, eh ke ruang guru yuk anterin aku ngomong sama bu sinta ya Rin?”
“hmm gimana ya? Yaudah deh yuk!”
Untuk memperjelas kapan lomba itu diadakan aku dan Rini kembali menemui bu sinta. Di ruang guru bu sinta menjelaskan apa saja yang harus ku persiapkan menjelang lomba nanti. Yang pertama adalah harus rajin mengasah kemampuan, yang kedua adalah menjaga tubuh agar tetap sehat, yang ketiga… aku nggak yakin apa aku punya yaitu gaun. Tapi… aku kan nggak punya gaun. Sedangkan yang aku tahu harganya nggak murah. Ya aku akan berusaha nabung buat beli gaun, yang aku sayangkan kenapa sekolah hanya bertugas mengirim siswanya yang akan ikut lomba jadi masalah pakaian dan yang lain urusan pribadi. karna temanya tentang warna putih jadi, kata bu sinta panitia memutuskan pesertanya memakai gaun putih, kata bu sinta kira-kira harganya Rp.500.000,00 ya tuhan darimana aku dapat uang sebanyak itu? Aku nggak mungkin bilang sama orangtuaku kalau aku minta uang sebanyak itu untuk beli gaun. Sedangkan lombanya diadain minggu depan.
Aku terus melamun bagaimana caranya agar aku mendapatkan gaun? Aduh berfikir! berfikir dong Gita?
“Lho Git kamu kenapa? Kok seharian ini murung padahal tadi pagi kamu kayak
orang stres loh”
“Emm, apa aku mengundurkan diri aja ya Rin?”
“lho kenapa, bukannya kamu pengen banget ikut lomba itu?”
“ya… tapi…tapi…aku kan nggak punya gaun”
“udah.. itu nggak usah dipikirin nanti aku pinjemin kok, oke! Semangat!”
Tapi tiba-tiba Risa menyela pembicaraanku dengan Rini dikelasku dia adalah anak dari direktur sebuah bank di Indonesia. Memang dia cantik tapi suka seenaknya sendiri
“hello! Apa katamu! Kamu ikut lomba? Ahahaha cewek miskin kayak kamu mau Ikut lomba? Eh nyadar dong gaun aja minjem mau ikut lomba lagi. Dan buat
kamu Rin oh ya, kamu nggak ngerasa direpotin ya slama ini sama cewek ini
coba kamu pikir-pikir lagi deh kalo mau minjemin gaun kamu bisa-bisa dijual
lagi hahaha” ejek si Risa.
“Eh jaga omongan kamu ya jangan mentang-mentang anak direktur kamu bisa ngomong seenaknya! Justru yang harus ngaca itu kamu!” bentakku sambil berlari meninggalkan kelas.
“Gita!! Mau kemana!?”
”Kayaknya aku selama ini memang selalu ngerepotin Rini. Kasihan dia selama ini aku Cuma jadi parasit di hidupnya.., maaf Rin aku akan coba ngejahuin kamu aku nggak mau bikin kamu repot hanya karna aku, Maafin aku Rin. Aku kayak gini karna aku sayang kamu sahabatku” ucapku dalam hati.
Sepulang sekolah aku punya ide buat nambah uang buat beli gaun walaupun nggak bagus, Layak pakai pun sudah cukup. Di kantin aku membantu mencuci piring ya.. walaupun uangnya nggak seberapa tapi lumayan. Tapi tiba-tiba aku dikejutkan oleh sebuah suara.
“ya ampun! Gita ngapain kamu disitu Git?”
“Ri..Rini! sejak kapan kamu?” jawabku kebingungan
“kenapa kamu segitunya? Harusnya kamu nggak usah dengerin kata Risa!”
“aku sadar Rin, aku sadar selama ini aku selalu ngerepotin kamu. Aku nggak mau ngerepotin kamu lagi, jadi tolong menjauh dari aku ya..”
“Enggak akan!, kamu nggak pernah ngerepotin aku Git, aku ikhlas kok aku tulus karna kamu sahabat aku aku sayang sama kamu. Dan yang utama sahabat selalu ada di saat suka maupun duka”
“maafin aku Rin, maafin aku” ucapku sambil memeluk sahabatku itu.
akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba hari dimana lomba akan diadakan, aku sangat berterima kasih kepada Rini untuk gaun yang dipinjamkannya padaku. Kulihat banyak peserta lomba yang nervous di belakang panggung. Dibelakang panggung aku ditemani Rini. setiap detik dia selalu menyemangatiku dan berkata
“kamu pasti bisa, jangan kecewain aku ya!”
wajahnya saat itu tampak pucat sekali aku khawatir dia sedang sakit…saat aku mau bertanya keadaannya tiba-tiba
“KITA SAMBUT, PESERTA LOMBA DENGAN UNDIAN 12 YAITU ANGGITA CAROLINE BERI TEPUK TANGAN YANG MERIAH!!” teriak pembawa acara.
“eh! Aduduh gimana nih belum siap” jawabku panik
“ah! Udahlah aku yakin kamu pasti bisa! Jangan kecewain aku oke! Kamu harus janji sama aku kamu harus dapet juara 1 oke. Udah buruan naik ke panggung oke” tersenyum padaku
“haha trimakasih ya Rin, kamu memang sahabatku yang baik” sebelum aku menuju pangggung aku memeluk sahabatku terlebih dahulu.
Aku nervous banget kulihat bu sinta, ayah dan ibuku duduk di deretan depan. Aku tersenyum pada mereka dan mulai memainkan piano, 15 menit sudah aku menunjukkan bakatku di depan para juri setelah itu aku kembali ke belakang panggung bersama Rini lagi. kulihat wajahnya semakin pucat seperti tak ada lagi darah darah yang mengalir di mukanya. apa Rini sakit ya? hanya itu yang dapat aku katakan dalam hatiku
Tak selang beberapa lama juri mengumumkan siapa juara lomba mulai dari juara 3, lalu 2, dan tentunya 1. alangkah terkejutnya aku karna juara 1 berhasil kuraih aku menerima piala dan uang pendidikan. Tapi tiba-tiba Rini pingsan dan orang-orang membawanya ke rumah sakit saat itu aku panik sekali aku harus apa, apa yang terjadi dengannya. Aku memutuskan ikut mobil ambulan yang membawa Rini, sesampainya di rumah sakit Rini dimasukkan ke ruang IGD orangtua Rini pun datang dengan wajah yang sangat panik. 30 menit kemudian dokter keluar dari ruang itu kami pun bertanya kondisi Rini sekarang.
“dokter, bagaimana keadaan Rini dok? Dia baik-baik saja kan?” tanyaku yang masih cemas menanti kabar mengenai Rini.
“maaf dek, apa sebelumnya pasien tidak pernah cerita tentang penyakitnya?”
“apa dok? Penyakit? Sakit apa dok?” aku terbelalak kaget
“iya, kedua Ginjal pasien rusak dan saat ini kondisinya sudah parah sekali, dan saat ini pasien sangat membutuhkan donor ginjal untuk tetap bertahan hidup”
“Yaallah.. om, tante apa sebelumnya sudah tau penyakit Rini?”
“maafkan om dan tante, Gita… Rini menyuruh kami merahasiakannya dari kamu sahabatnya. Itu karna dia tidak mau kamu sedih karena penyakitnya, itu karena dia sangat menyayangimu”
aku menangis dan tak percaya apa yang baru saja kudengar aku membuka pintu ruang IGD, kulihat Rini berbaring dengan infus di tangannya dan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya. Aku menangis disampingnya kenapa dia tak memberitahuku soal penyakitnya? Kenapa? Aku nggak mau kehilangan Rini. Aku tersentak kaget karena tangan Rini tiba-tiba memegang tanganku ternyata dia sudah sadar
“Gita.. kenapa kamu nangis? Pasti kamu tau penyakitku ya?”
“kenapa kamu nggak ngomong ke aku Rin? Kenapa?”
“karna a..aku nggak m..mau ka..kamu sedih” jawabnya terbata-bata
“kamu pasti sehat, lihat aku dapet juara 1 sesuai permintaanmu” kataku sambil menangis.
“aku tau ka..kamu pas..ti bisa, ka..kamu harus raih impianmu Git ja..jangan nangis hanya karna aku ya, a..aku akan tersenyum di..disana ji..jika kamu ba..baha..gia. a..aku sudah di jemput Gita sampai kapanpun kamu akan jadi sahabat terbaikku selamanya, a..aku.. ma..ma..mau per..pergi”
“Rin!, Rin! Kamu nggak apa-apa kan! Lihat aku berhasil menang Rin! Rini! bangun Rin! Jangan tinggalin aku! Dokter! Suster!” teriakku sambil menangis histeris
Dokter masuk ke ruang yang mulai dipenuhi tangis ini, aku langsung lemas setelah dokter mengatakan
“maaf, pasien sudah tidak ada, saya turut berduka cita atas kepergian saudari rini. Saya permisi dulu”
Tibalah hari pemakaman Rini aku sadar aku harus merelakannya karna kita semua manusia pasti akan kembali kepadanya. Tante anjani ibu Rini memberikan surat berwarna hijau warna kesukaan Rini, katanya itu surat yang dibuat Rini untukku sebelum dia meninggal. Kubuka surat itu dan kubaca isinya, tak sadar air mataku tak dapat kubendung lagi setelah membaca surat itu yang berisi

untuk sahabatku Gita,

mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah tak ada lagi di dunia ini. Aku tahu pasti kamu menangis saat membaca suratku ini, kumohon jangan menangis jika kamu menangis aku harap itu adalah tangis kebahagiaan bukan kesedihan. Gita makasih slama ini kamu mengajariku banyak hal. Maafkan aku karna sebelumnya aku nggak ngasih tau soal penyakitku ke kamu, tapi aku lakukan itu karna aku tahu kamu akan sedih setelah tau penyakitku nanti. Aku mau kamu bisa sukses meraih impianmu aku akan bahagia disini jika kamu bisa sukses! Oh ya jangan sedih aku akan selalu hidup kok, ya aku akan selalu hidup di hatimu. Ini adalah surat terakhirku untukmu. Aku menyayangimu.

Your best friend
Rini :)

Setelah membaca surat itu aku memandang langit dan memejamkan mataku.
“makasih Rin atas semuanya tanpa adanya kamu aku nggak mungkin bisa jadi Gita yang sekarang, Gita yang bisa meraih impiannya menjadi seorang pianis terkenal. Dan terimakasih kamu udah mengajari aku apa sebenarnya arti dari persahabatan terimakasih rin terimakasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberimu tempat yang sesuai dengan amal dan perbuatanmu”. Ucapku dalam hati.

-tamat-





Profil dan Lainnya

Halo, namaku jelyta rini rustam, umurku 14 tahun, dan aku tinggal di kota semarang :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biarkan kami tahu kamu di sana... ;)